Sabtu, April 26, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Beranda blog Halaman 4

Masjid Agung Kukar Bertaransformasi Jadi Sentra Baru Layanan Publik

TENGGARONG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) resmi menghadirkan wajah baru pelayanan publik berbasis masjid. Bertempat di pelataran Masjid Agung Sultan Aji Muhammad Sulaiman, sejumlah inisiatif strategis diluncurkan untuk mendekatkan layanan pemerintah kepada masyarakat.

Pemkab kukar baru saja meresmikan Kios Pengendalian Inflasi Idaman, Pos Cek Kesehatan di Masjid Agung Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Bupati Kukar, Edi Damansyah, menyebut bahwa kehadiran kios pengendalian inflasi menjadi upaya konkret Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kukar dalam menstabilkan harga kebutuhan pokok.

Kios ini menyasar masyarakat pra sejahtera dan untuk sementara dibuka dua kali sepekan. “Ini adalah salah satu amanat bagi TPID. Untuk awal, kios ini akan beroperasi dua kali seminggu dan menyasar masyarakat pra sejahtera. Ke depan, jika sudah berkembang, akan dibuka untuk umum,” ujar Edi Damansyah.

Pos ini akan beroperasi setiap Jumat dan Minggu, bertepatan dengan Car Free Day di kawasan masjid, memberikan kemudahan masyarakat memeriksa kesehatan secara berkala. “Silahkan masyarakat sekitar memanfaatkan fasilitas ini untuk memeriksa kesehatan sambil santai berjalan di area CFD. Ini adalah bagian dari upaya memakmurkan masjid,” tambah Edi.

Hadirnya program ini menjadi bagian dari transformasi masjid sebagai pusat layanan masyarakat. Bukan hanya spiritual, tapi juga sosial dan ekonomi. Pemkab Kukar berharap inisiatif ini bisa direplikasi di masjid-masjid lain di wilayah Kukar. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i

Rayakan Hari Kartini, DP3A Kukar Gelar Diskusi Inspiratif Bersama Kades Perangat Baru

TENGGARONG – Dalam rangka memperingati Hari Kartini ke-146, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar diskusi interaktif yang penuh inspirasi, pada Senin (21/4/2025).

Sosok Kepala Desa Perangat Baru, Fitriati, dihadirkan sebagai narasumber utama, untuk membagikan kisah perjuangannya mengabdi di kampung halaman.

Fitriati, yang berlatar belakang tenaga kesehatan, memilih meninggalkan kenyamanan hidup dan kariernya di kota demi memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat desa. Kepeduliannya pada masyarakat desa menjadi fondasi pengabdiannya, hingga akhirnya ia dipercaya memimpin Desa Perangat Baru.

Tak hanya berhenti sebagai pemimpin administratif, Fitriati mengangkat nama desanya ke panggung nasional dan internasional dengan menjadikan Perangat Baru sebagai Kampung Kopi Luwak. Produk unggulan ini kini dikenal hingga mancanegara, menandai keberhasilan perpaduan antara pelayanan publik, inovasi ekonomi lokal, dan kepemimpinan perempuan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3A Kukar, Hero Suprayetno, menyampaikan bahwa Hari Kartini bukan sekadar seremoni, tapi momentum penting untuk membangkitkan semangat perempuan dalam mengambil peran strategis di tengah masyarakat.

Hero juga menegaskan, diskusi ini tidak hanya menjadi ruang apresiasi, tetapi juga panggung motivasi agar lebih banyak perempuan Kukar berani melangkah, berkontribusi, dan menginspirasi dari level desa hingga tingkat nasional.

“Hari Kartini jadi tonggak bagi kaum perempuan, khususnya untuk semakin meningkatkan spiritnya dan kontribusi bagi masyarakat Kukar, terutama dalam pembangunan kesetaraan gender dan peningkatan pendidikan bagi generasi penerus. Agar menjadi generasi yang cerdas dan berdaya saing menyongsong Indonesia Emas,” ujar Hero. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i

Hetifah: Golkar Dukung Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

0

JAKARTA – Ketua DPP Partai Golkar Hetifah Sjaifudian mengatakan bahwa pihaknya menghargai upaya MPR mengajukan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto sebagai calon pahlawan nasional tahun 2025.

“Ya tentu kita menghargai usulan tersebut dan kami sebagai, ya tentu saja bagian dari Golkar akan men-support apapun hal yang positif untuk kepentingan bangsa,” kata Hetifah saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta Barat, Senin (21/4/2025).

Hetifah sendiri tidak mau berkomentar terlalu banyak akan usulan Soeharto menjadi pahlawan nasional tersebut.

Dia menyerahkan hal tersebut sepenuhnya kepada Kementerian Sosial dan MPR yang terlibat langsung dalam rencana tersebut.

Kementerian Sosial (Kemensos) bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) pada bulan lalu membahas pengusulan calon pahlawan nasional pada tahun 2025.

Ada 10 nama yang masuk dalam daftar usulan calon Pahlawan Nasional 2025. Dari jumlah tersebut, empat nama merupakan usulan baru, sementara enam lainnya merupakan pengajuan kembali dari tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa tokoh yang kembali diusulkan, antara lain K.H. Abdurrahman Wahid (Jawa Timur), Jenderal Besar H.M. Soeharto (Jawa Tengah), K.H. Bisri Sansuri (Jawa Timur), Idrus bin Salim Al-Jufri (Sulawesi Tengah), Teuku Abdul Hamid Azwar (Aceh), dan K.H. Abbas Abdul Jamil (Jawa Barat).

Sementara itu, empat nama baru yang diusulkan pada tahun ini, yaitu Anak Agung Gede Anom Mudita (Bali), Deman Tende (Sulawesi Barat), Prof. Dr. Midian Sirait (Sumatera Utara), dan K.H. Yusuf Hasim (Jawa Timur). (ANT/KN)

Duka Vatikan, Paus Fransiskus Meninggal Dunia di Kediamannya

VATIKAN – Dunia kembali berduka. Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma dan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam isu kemanusiaan global, wafat pada Senin (21/4/2025) pagi, di usia 88 tahun.

Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh camerlengo Vatikan, Kardinal Kevin Farrell, dalam pernyataan resminya di Vatikan. “Pada pukul 07.35 pagi ini waktu setempat, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke pangkuan Bapa. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk pelayanan Tuhan dan Gereja,” ujar Farrell.

Kabar ini pun langsung dikonfirmasi oleh portal resmi Takhta Suci, Vatican News, yang menyebut Paus Fransiskus meninggal di kediaman pribadinya, Casa Santa Marta, di Vatikan. Kepergian beliau terjadi hanya sehari setelah masih sempat memimpin misa perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

Dalam homilinya pada Minggu (20/4), yang kini menjadi pidato publik terakhirnya, Paus Fransiskus menyampaikan khotbah Urbi et Orbi, menyerukan solidaritas umat manusia, perdamaian dunia, dan penghentian kekerasan terhadap warga sipil.

“Di hadapan kekejaman konflik yang melibatkan warga sipil tak bersenjata serta serangan terhadap sekolah, rumah sakit, dan para pekerja kemanusiaan, kita tidak boleh lupa bahwa mereka bukan sekadar korban statistik, melainkan manusia yang memiliki jiwa dan martabat,” ujar Sri Paus dengan penuh haru, dalam pesan Paskah terakhirnya.

Lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, Paus Fransiskus adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin sekaligus Paus pertama dari luar Eropa dalam lebih dari 1.200 tahun terakhir. Ia terpilih sebagai Paus ke-266 pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan.

Selama 12 tahun kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal luas sebagai tokoh yang sederhana, berpihak pada kaum miskin, aktif menyerukan keadilan sosial, dan mengusung isu-isu lingkungan serta perubahan iklim. Ia juga dikenal sebagai Paus yang membawa Gereja Katolik menuju reformasi internal, termasuk transparansi keuangan, perlindungan terhadap anak, dan keterbukaan terhadap dialog lintas agama.

Berbagai pemimpin dunia, pemuka agama, hingga warga biasa menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus. Ucapan duka mengalir dari seluruh penjuru dunia, baik dari umat Katolik maupun non-Katolik, sebagai bentuk penghormatan terhadap dedikasi dan pengaruhnya dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan manusiawi.

Pemerintah Vatikan akan segera mengumumkan prosesi pemakaman resmi Paus Fransiskus, yang diperkirakan akan berlangsung di Basilika Santo Petrus, serta jadwal konklaf untuk memilih Paus baru dalam waktu dekat.

Wafatnya Paus Fransiskus menjadi akhir dari satu era kepemimpinan spiritual yang penuh kasih, keberanian, dan kesederhanaan. Warisannya akan terus dikenang oleh jutaan umat Katolik dan masyarakat dunia yang tersentuh oleh ajaran dan keteladanannya. (MK)

Editor: Nicha R

Menteri PKP: Pecat Pengembang Nakal dari Apersi!

0

JAKARTA – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait (Ara) mengingatkan seluruh anggota Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) agar tidak menipu rakyat dalam proyek-proyek pembangunan rumah subsidi di berbagai daerah.

“Kalau yang benar, pasti cocok sama saya. Kalian mau nggak di Apersi ini ada pengembang yang menipu rakyat? Mau nggak? Kalau boleh saya usulkan bikin rakenas ini yang berkualitas, verifikasi, profiling,” kata Ara ketika memberikan sambutan dalam acara halalbihalal Apersi di Jakarta, Senin (21/4/2025) malam.

Ia meminta Apersi melakukan verifikasi internal secara ketat terhadap seluruh anggotanya, memberikan penghargaan bagi yang berkualitas, dan memecat yang merugikan rakyat agar asosiasi memiliki standar yang tinggi.

Menurutnya, hanya pengembang yang benar, bersih, dan bertanggung jawab yang layak menjadi bagian dari Apersi, sebab asosiasi yang kuat dibangun dari reputasi anggotanya yang menjunjung integritas dan kejujuran.

“Anggota yang nggak benar, pecat. Jangan hanya memberikan penghargaan kepada yang bagus. Yang nggak benar, pecat. Jadi, orang ada kebanggaan, dia membawa nama baik Apersi, kebanggaan,” ujarnya.

Ia menegaskan tidak bisa menyatukan pengembang yang punya nilai baik dan curang, karena keduanya memiliki arah dan tujuan berbeda, sehingga asosiasi perlu membedakan dengan jelas anggotanya.

“Ngapain bergabung dengan yang tidak bertanggung jawab dan tidak berkualitas yang merugikan rakyat? Nggak bisa disatukan, value berbeda. Yang satu baik, yang satu jahat. Nggak bisa, nggak bisa bersatu itu,” tegasnya.

Menteri Ara menyoroti adanya oknum yang terus berganti identitas usaha demi menghindari tanggung jawab, dan menyebut sudah banyak data tentang praktik semacam itu di tangan aparat penegak hukum.

“Ada lah, semua itu udah ada datanya di APH (aparat penegak hukum). Saya ngomong apa adanya ya. Lihat mata saya. Saya nggak suka bohong. Itu semua sudah saya sampaikan,” tuturnya.

Ia mengatakan berbicara apa adanya karena tak ingin menipu rakyat, dan menyampaikan bahwa jika kesalahannya ringan, maka hukumannya ringan, tetapi jika berat, pelakunya pasti tidak akan bisa tidur nyenyak.

Menteri juga meminta agar Apersi tidak hanya fokus menyatukan suara, tetapi juga membangun kebanggaan dan kehormatan bersama dengan menjaga kualitas dan tanggung jawab sosial sebagai pengembang.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara hukum, sehingga siapa pun yang melakukan kejahatan, apalagi terhadap rakyat kecil, akan berhadapan dengan proses hukum tanpa pandang bulu.

“Berdoa aja. Kalau yang salahnya kecil-kecil, ya mudah-mudahan hukumannya kecil. Kalau yang berat, pasti habis saya ngomong begini. nggak bisa tidur. Itu pasti,” kata Menteri PKP. (ANT/KN)

Warga Dunia Datang ke IKN, Proyek Ibu Kota Baru Indonesia Curi Perhatian

NUSANTARA – Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Nusantara (IKN) terus menarik perhatian publik. Selama libur panjang Paskah 2025, tercatat hampir delapan ribu orang mengunjungi kawasan proyek strategis nasional tersebut. Kunjungan tidak hanya datang dari warga lokal dan berbagai daerah di Indonesia, namun juga dari sejumlah negara mancanegara.

Direktur Pengendalian Penyelenggaraan Pemerintahan dan Perizinan Pembangunan Otorita IKN, Kuswanto, menyampaikan bahwa pada periode 18 hingga 20 April 2025, jumlah kunjungan mencapai 7.794 orang.

“Ini bukan sekadar kunjungan rekreasional. Mayoritas masyarakat datang karena ingin melihat langsung bagaimana pembangunan IKN berlangsung, dan mereka ingin mendapatkan informasi yang akurat dari sumber pertama,” ujar Kuswanto, Senin (21/4/2025).

Kunjungan ini tidak hanya berasal dari warga lokal, tetapi juga dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti Australia, Jepang, Prancis, Denmark, dan sejumlah negara Eropa lainnya.

Erwinsyah, pengunjung asal Jakarta, mengaku takjub menyaksikan langsung progres pembangunan yang sudah berlangsung selama dua tahun.

“Perkembangannya luar biasa. Ini benar-benar membuktikan bahwa IKN bukan sekadar rencana, tapi realitas yang sedang dibangun,” ujarnya.

Senada, Viktor Pualilin dari Sulawesi Barat mengatakan bahwa keraguannya terhadap kelanjutan pembangunan IKN sirna setelah melihat langsung aktivitas di lapangan.

Masyarakat yang berkunjung difasilitasi oleh Otorita IKN dengan penyediaan armada bus dari rest area menuju Plaza Seremoni. Petugas lapangan yang berjumlah 50 orang disiagakan untuk membantu pengunjung dalam proses registrasi melalui aplikasi IKNOW dan memastikan kenyamanan selama berada di area KIPP.

Direktur Data dan Kecerdasan Buatan Otorita IKN, Adhiguna Mahendra, menyampaikan bahwa aplikasi IKNOW menjadi alat utama untuk pendaftaran kunjungan.

“Tidak ada biaya yang dikenakan. Semua proses dilakukan secara digital dan terbuka bagi siapa saja yang ingin melihat langsung IKN,” katanya.

Antusiasme untuk melihat langsung IKN tidak hanya muncul dari masyarakat lokal, namun juga pengunjung dari berbagai negara. Salah satunya Thomas dari Australia mengatakan bahwa dia telah mengunjungi IKN beberapa kali, dan ia mengungkapkan pembangunan IKN sangat cepat dan perkembangannya pesat sehingga ingin menyaksikan perubahan pembangunan secara langsung.

Salah satu warga negara Jepang, Ikuma, menyampaikan kekagumannya terhadap pendekatan pembangunan hijau yang diterapkan di IKN.

“Ini kota yang minim polusi dan penuh ruang hijau. Sangat berbeda dari kota-kota besar di negara lain,” ujarnya.

Kesan positif juga datang dari pengunjung mancanegara lainnya. Duthu dan Rancon, warga negara Prancis yang turut mengunjungi KIPP, menyampaikan bahwa mereka awalnya tidak menyangka IKN terbuka untuk umum.

“Kami terkejut saat mengetahui bahwa publik bisa mengunjungi langsung proyek pembangunan ini. Di luar negeri, informasi tentang IKN sangat ingin kami ketahui,” ujar Duthu.

“Kami benar-benar terkesan dengan konsep ramah lingkungan yang diterapkan di sini. Banyak tanaman hijau yang menyatu dengan alam dan penataan kawasannya sangat rapi—sesuatu yang jarang kami temui di negara kami,” tambah Rancon.

Sebelum meninggalkan lokasi, mereka mengungkapkan bahwa akan kembali lagi untuk melihat Nusantara.

Kunjungan ini menjadi bukti bahwa kehadiran IKN sebagai simbol transformasi Indonesia terus menarik perhatian dan dukungan publik, bukan karena daya tarik wisata, tetapi karena keinginan masyarakat untuk terlibat dan menyaksikan langsung wujud perubahan besar bangsa Indonesia.

Pewarta : Robbi Syai’an
Editor : Nicha R

Tom Lembong: Kalau BUMN Boleh Impor Gula Mentah, Kenapa Saya Disalahkan?

0

JAKARTA — Mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong, yang kini menjadi terdakwa dalam kasus impor gula, menyatakan dirinya dituduh melanggar kebijakan impor gula mentah. Namun ia menyoroti fakta bahwa perusahaan BUMN yang bertanggung jawab atas kebutuhan gula nasional pun tidak mengimpor gula putih, melainkan gula mentah seperti dirinya.

“Yang paling menarik dan paling penting kesaksian tadi pagi adalah saksi dari Kementerian BUMN yang menyampaikan bahwa BUMN, produsen gula saja juga tidak impor gula putih,” kata Tom kepada wartawan usai persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).

Tom menjelaskan BUMN juga memilih untuk mengimpor gula mentah, meskipun memiliki hak khusus untuk bisa langsung mengimpor gula putih.

“Mereka (BUMN) pun juga impornya gula mentah. Padahal mereka diberikan fasilitas khusus untuk boleh impor gula putih,” ucapnya.

Ia menilai hal ini justru membuktikan bahwa langkah yang dilakukannya saat menjabat sebagai Menteri Perdagangan bukanlah pelanggaran, sebab praktik yang sama juga dilakukan oleh BUMN.

“Padahal saya dituduh melanggar aturan dengan mengimpor gula mentah. Tapi BUMN saja yang diperbolehkan impor gula putih juga cenderung tidak impor gula putih, mereka maunya juga impor gula mentah,” ujar Tom.

Menurut Tom, alasan BUMN lebih memilih impor gula mentah adalah karena biaya produksi gula lokal jauh lebih tinggi dibandingkan gula impor.

“Jadi gula impor itu, apalagi gula mentah diimpor, itu jauh lebih murah daripada bahan baku yang diproduksi oleh BUMN,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa praktik impor gula mentah justru memberi keuntungan lebih bagi industri gula nasional, baik milik negara maupun swasta.

“Itulah yang diimpor gula mentah. Kemudian diolah menjadi gula putih, ada margin pengolahannya,” ucap Tom.

Lebih lanjut, Tom menyebut bahwa jika tujuan pemerintah adalah menurunkan harga gula di pasar domestik, maka opsi impor gula putih seharusnya diambil karena lebih murah.

“Kalau tujuan kita adalah untuk menurunkan harga gula, kita ambil opsi yang lebih murah. Dan tadi saksi dari Kementerian BUMN membenarkan bahwa gula impor jauh lebih murah daripada gula atau bahan baku gula yang diproduksi oleh BUMN dalam negeri,” katanya.

Sementara itu, dalam persidangan yang sama, Wahyu Kuncoro (mantan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN periode 2015-2016) menyatakan bahwa produksi gula nasional tidak pernah memenuhi kebutuhan konsumsi domestik. Ia hadir sebagai saksi untuk terdakwa Tom Lembong.

“Bisa tidak kita dikasih pencerahan, sebetulnya berapa konsumsi nasional kita? Kebutuhan secara umum per tahun?” tanya pengacara Tom dalam persidangan.

Wahyu menjawab bahwa kebutuhan konsumsi gula di Indonesia per tahun mencapai 3 juta ton. Dari jumlah tersebut, BUMN hanya menyumbang produksi sekitar 1,5 hingga 1,6 juta ton, dan sektor swasta sekitar 1 juta ton.

“Sehingga totalnya 2,6 juta ton. Kalau kita offside antara kebutuhan 3 juta ton dengan kemampuan dalam negeri 2,6 juta ton, itu ternyata kurang 400-an. Sehingga itulah yang diimpor,” jelas Wahyu.

Ketika ditanya apakah Indonesia pernah memproduksi gula melebihi kebutuhan konsumsi domestik khususnya pada periode 2015–2016, Wahyu menjawab tegas, “Belum pernah.”

Seperti diketahui, Tom Lembong didakwa merugikan keuangan negara sebesar Rp578 miliar akibat penerbitan izin impor gula kristal mentah kepada 10 perusahaan swasta tanpa rekomendasi dari Kementerian Perindustrian pada periode 2015–2016. Jaksa menilai tindakannya menguntungkan pihak lain dan menyebabkan kerugian hingga Rp 578 miliar bagi negara.

Pewarta : M Adi Fajri
Editor : Nicha R

Eks Pejabat BUMN: Produksi Lokal Tak Pernah Penuhi Target Konsumsi

0

JAKARTA — Mantan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, mengungkapkan bahwa produksi gula dalam negeri belum pernah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi nasional, termasuk pada periode 2015–2016.

Hal itu disampaikannya saat memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan kasus dugaan korupsi impor gula dengan terdakwa mantan Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).

Pernyataan itu muncul saat kuasa hukum Tom menanyakan apakah produksi gula nasional saat itu pernah mencukupi kebutuhan dalam negeri.

“Dari pengalaman Pak Wahyu, apakah kita pernah, produksi dalam negeri memenuhi atau melewati konsumsi dalam negeri? Khususnya 2015 sampai 2016?” tanya kuasa hukum Tom dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).

“Belum pernah,” jawab Wahyu singkat.

Wahyu menjelaskan bahwa ia ikut dalam proses penyusunan neraca komoditas yang dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya untuk komoditas gula.

Dalam forum tersebut, pihak Kementerian BUMN membawa data dari dua perusahaan pelat merah, yakni PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).

Menurut Wahyu, rata-rata kebutuhan konsumsi gula nasional mencapai 3 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, BUMN hanya mampu memproduksi sekitar 1,5 hingga 1,6 juta ton, sedangkan perusahaan swasta hanya menyumbang sekitar 1 juta ton.

“Sehingga totalnya 2,6 juta (ton),” ujar Wahyu.

“Sehingga kalau kita offside antara kebutuhan 3 juta dengan kemampuan memproduksi dalam negeri 2,6 itu kurang 400-an (ribu ton). Ini lah yang diimpor,” tambahnya.

Dalam perkara ini, Tom Lembong didakwa melanggar Pasal 2 atau Pasal 3 junto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi junto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Ia dituduh melakukan tindakan yang merugikan negara hingga Rp 578 miliar.

Jaksa menduga Tom melanggar hukum karena menerbitkan kebijakan impor gula tanpa koordinasi dengan kementerian terkait. Selain itu, ia juga disebut menunjuk sejumlah koperasi, termasuk yang dimiliki oleh TNI dan Polri, untuk mengatur harga gula, bukan menunjuk BUMN sebagaimana mestinya.

Pewarta : M Adi Fajri
Editor : Nicha R

Tom Lembong Hadapi Sidang Lanjutan, Jaksa Hadirkan 8 Saksi Kunci

0

JAKARTA – Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kembali menggelar sidang lanjutan kasus dugaan korupsi impor gula yang menjerat mantan Menteri Perdagangan periode 2015–2016, Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong, pada Senin (21/4/2025).

Pantauan Media Kaltim menunjukkan bahwa Tom Lembong tiba di pengadilan sekitar pukul 11.05 WIB. Ia terlihat mengenakan rompi tahanan berwarna pink khas Kejaksaan Agung dan dalam kondisi diborgol. Setibanya di lokasi, borgol dan rompinya dilepas sebelum ia diarahkan memasuki ruang sidang.

Beberapa saat kemudian, majelis hakim memasuki ruang persidangan dan langsung membuka jalannya sidang. Sebelum agenda utama dimulai, majelis hakim sempat menanyakan kondisi terdakwa.

“Saudara Tom Lembong sehat?” tanya majelis hakim.

“Sehat, Yang Mulia,” jawab Tom singkat.

Sidang kali ini beragendakan pemeriksaan delapan orang saksi fakta yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). Saksi-saksi tersebut adalah Wahyu Kuncoro, Muhammad Firmansyah Rifai, Roro Reny Fitriani, Agus Amiwijaya, Daru Anggoro, Muhtadi, Rujito, dan Wahjudi Adrijanto.

Para saksi berasal dari berbagai latar belakang berbeda dan dipandang penting dalam proses pembuktian. Keterangan mereka diharapkan mampu menguatkan dakwaan yang diajukan terhadap terdakwa.

Dalam surat dakwaan, Tom Lembong diduga menerbitkan 21 surat persetujuan impor gula kristal mentah (GKM) kepada sejumlah perusahaan yang tidak memenuhi syarat sepanjang periode 2015 hingga 2016. Tindakan tersebut diduga menimbulkan kerugian keuangan negara hingga mencapai Rp578 miliar.

Atas perbuatannya, jaksa mendakwa Tom Lembong dengan Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Dalam dakwaan juga disebutkan bahwa Tom menerbitkan izin impor tanpa melalui prosedur yang semestinya dan bekerja sama dengan sejumlah pihak swasta untuk mendatangkan gula kristal mentah dari luar negeri yang kemudian diolah menjadi gula kristal putih untuk dipasarkan di dalam negeri.

Pewarta : M Adi Fajri
Editor : Nicha R

Dibangun dengan Struktur Girder, Jembatan Baru Tenggarong Dirancang Tahan 100 Tahun

TENGGARONG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) resmi memulai pembangunan jembatan pendamping Jembatan Besi, sebagai bagian dari strategi penguatan infrastruktur perkotaan yang juga mempertahankan warisan sejarah.

Proyek ini dikerjakan oleh kontraktor asal Aceh dengan masa pembangunan 10 bulan, dan ditargetkan rampung pada akhir 2025. Jembatan pendamping dibangun sekitar 100 meter dari Jembatan Besi lama, dan akan menjadi penghubung strategis antara Jalan Danau Semayang dan Jalan Monumen Barat.

Pembangunan ini bukan hanya menambah kapasitas transportasi, tapi juga menjadi bagian penting dari integrasi kawasan kota yang mencakup koridor Jalan Kertanegara, Bundaran Masjid Agung Sultan Sulaiman, hingga Jalan Kartini. Kawasan ini dirancang sebagai jalur utama arus kendaraan dengan sistem lalu lintas yang lebih tertib, aman, dan efisien.

Dengan panjang sekitar 30 meter, jembatan ini menggunakan struktur girder berbahan besi atau baja sebagai penyangga utama. Desain ini dipilih untuk menjamin ketahanan jangka panjang serta keamanan maksimal bagi kendaraan dan pejalan kaki.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kukar, Wiyono, menekankan bahwa mutu konstruksi menjadi prioritas utama. Ia memastikan proses pembangunan mengikuti standar teknis yang ketat dan pengawasan intensif. Konstruksi jembatan ini juga ditargetkan agar mampu bertahan selama 100 tahun kedepan.

“Saya sudah sampaikan kepada kontraktor agar pengerjaan dilakukan sesuai ketentuan, selesai tepat waktu, bermutu, dan bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga tidak akan ada temuan,” tegas Wiyono.

Sebelumnya, sempat muncul wacana rehabilitasi Jembatan Besi yang telah berdiri sejak zaman kolonial. Namun rencana itu dibatalkan setelah melalui kajian yang lebih menyeluruh, termasuk mempertimbangkan saran tokoh budaya dan masyarakat.

Sebagai gantinya, Pemkab Kukar memilih jalur kompromi: membangun jembatan baru untuk menjawab kebutuhan mobilitas, sambil tetap melestarikan Jembatan Besi sebagai situs sejarah dan simbol identitas kota.

Bupati Kukar Edi Damansyah menyambut langkah ini dengan positif. Ia menilai keputusan untuk tetap mempertahankan Jembatan Besi sebagai cagar budaya merupakan bentuk penghormatan terhadap sejarah dan kearifan lokal.

“Kita tidak hanya bicara pembangunan fisik, tetapi juga bagaimana menyusun narasi kota yang berakar pada nilai sejarah dan identitas masyarakat,” ujarnya.

Jembatan Besi sendiri memiliki nilai monumental. Dibangun sejak masa penjajahan Belanda dan direnovasi di era Sultan Aji Muhammad Parikesit, jembatan ini telah menjadi urat nadi penghubung antara Kelurahan Melayu dan Kelurahan Panji di Tenggarong.

Kini, fungsinya akan dialihkan sebagai jalur pedestrian dan wisata sejarah, memperkuat citra kota sebagai destinasi budaya sekaligus modern.

Dengan dimulainya pembangunan jembatan pendamping ini, Pemkab Kukar berharap konektivitas wilayah meningkat tanpa mengorbankan nilai-nilai warisan yang telah membentuk wajah Tenggarong selama lebih dari satu abad. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i