Kamis, Juli 10, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Beranda blog Halaman 16

Di Forum SPIEF 2025, Presiden Prabowo Tegaskan Indonesia Tetap Nonblok

0

JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto, di panggung Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025, Jumat (20/6/2025), menegaskan posisi geopolitik Indonesia yang tetap konsisten sebagai negara nonblok.

“Indonesia secara tradisi selalu nonblok. Kami menghormati semua negara. Kebijakan luar negeri kami sederhana, seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak,” katanya saat tampil berpidato di panggung SPIEF.

Kepala Negara menyatakan bahwa Indonesia ingin bersahabat dengan semua negara, dan menolak narasi dunia yang terbagi dalam kutub-kutub kekuatan.

Di hadapan para kepala negara dan konglomerat dunia, Presiden Prabowo menepis anggapan bahwa kehadirannya di forum ekonomi Rusia sebagai isyarat politik tertentu, menyusul ketidakhadirannya dalam KTT G7 sebelumnya.

Menurutnya, kehadiran di St. Petersburg adalah bentuk komitmen atas undangan yang telah diterima lebih dahulu oleh Pemerintah Indonesia.

“Saya sudah berkomitmen untuk hadir di forum ini sebelum undangan G7 datang. Itu satu-satunya alasannya,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.

Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global, kata Presiden Prabowo, Indonesia justru mendorong kerja sama lintas blok dan misi kemanusiaan lintas batas.

Ia berkomitmen bahwa Indonesia akan selalu menjadi mitra sejati bagi semua pihak demi menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama.

“Kami ingin bersahabat dengan semua pihak. Hanya dengan persahabatan dan kolaborasi, kita bisa mencapai kemakmuran bersama,” ujarnya. (ANT/KN)

 RI dan Rusia Matangkan Studi Pembangunan Reaktor Nuklir Modular 500 MW

0

JAKARTA – Pemerintah Indonesia mematangkan rencana kerja sama dengan Rusia dalam pengembangan energi nuklir melalui pembangunan Small Modular Reactor (SMR) dengan modular 500 megawatt.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto di St. Petersburg, Rusia, Jumat (20/6/2025), menyampaikan bahwa kerja sama itu masih berada pada tahap studi kelayakan (feasibility study).

“Kalau nuklir ‘kan kita feasibility study terlebih dahulu. Di dalam RUPTL (Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik, red.), kita memang merencanakan untuk membangun nuklir sampai dengan 500 megawatt,” ujar Airlangga.

Menko Airlangga menekankan bahwa studi ini menjadi langkah awal untuk menyiapkan fondasi teknologi dan regulasi dalam mendukung pengembangan energi nuklir yang aman dan berkelanjutan.
Disebutkan pula bahwa reaktor modular skala kecil dinilai lebih efisien dan fleksibel jika dibandingkan dengan pembangkit nuklir konvensional.

Sebelumnya diberitakan, Presiden Putin menyatakan kesiapan negaranya untuk bekerja sama dengan Indonesia di bidang energi nuklir untuk tujuan damai.

Kerja sama ini mencakup berbagai sektor seperti kesehatan, pertanian, dan pelatihan sumber daya manusia.

Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan bilateral dengan Presiden RI Prabowo Subianto di Moskow, Kamis (19/6), yang juga membahas penguatan kemitraan strategis di sektor energi, termasuk energi terbarukan dan teknologi nuklir.

Rusia, dengan pengalaman dan teknologi maju di bidang nuklir sipil, menjadi mitra potensial dalam mendukung upaya Indonesia mencapai bauran energi bersih dan pengurangan emisi karbon secara bertahap. (ANT/KN)

Gunung Raung Kembali Erupsi, Kolom Abu Capai 2.000 Meter

0

JEMBER – Gunung Raung yang berada di perbatasan Kabupaten Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur kembali erupsi dengan tinggi letusan mencapai 2 kilometer di atas puncak pada Jumat (20/6/2025) malam.

“Terjadi erupsi Gunung Raung pada pukul 18.11 WIB. Tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau 5.332 meter di atas permukaan laut (mdpl),” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Raung, Burhan Alethea dalam laporan tertulis yang diterima di Jember.

Menurut dia kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya dan saat laporan itu dibuat erupsi masih berlangsung.

Gunung yang memiliki ketinggian 3.332 mdpl itu sebelumnya juga erupsi pada Jumat pagi pukul 02.24 WIB dengan tinggi letusan teramati 1.000 meter di atas puncak atau 4.332 mdpl.

Kolom abu vulkanik Gunung Raung teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah selatan.

Sebelumnya Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid mengatakan aktivitas Gunung Raung masih tetap dalam status Waspada atau Level II, meskipun aktivitas erupsi terjadi terus menerus.

“Material erupsi Gunung Raung sejak 5 hingga 19 Juni 2025 dominan material berukuran abu dan sebarannya sebagian besar terbatas di sekitar kawah sehingga tidak menimbulkan perubahan ancaman bahaya,” katanya.

Sehubungan dengan aktivitas vulkanik Gunung Raung, lanjut dia, masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, serta tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas gunung api tersebut.

“Tingkat aktivitas dinilai masih relevan pada Level II (Waspada) dengan rekomendasi agar tidak beraktivitas pada radius 3 km dari kawah/puncak,” ujarnya. (ANT/KN)

Senin, Kejagung Bakal Periksa Nadiem Makarim Soal Dugaan Korupsi Chromebook

0

JAKARTA – Kejaksaan Agung menjadwalkan pemeriksaan mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim pada Senin (23/6/2025) sebagai saksi kasus dugaan korupsi dalam pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek tahun 2019–2022.

“Penyidik sudah menjadwalkan dan pemanggilan terhadap saudara Nadiem Makarim untuk diperiksa sebagai saksi pada hari Senin tanggal 23 Juni 2025,” kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Harli Siregar di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta, Jumat (20/6/2025).

Adapun surat pemanggilan pemeriksaan telah dikirimkan pada Selasa (17/6).

Harli mengatakan bahwa pemeriksaan akan dilaksanakan di Gedung Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung pada sekitar pukul 09.00 WIB.

Nadiem akan diperiksa selaku mantan Mendikbudristek. Penyidik akan mendalami mengenai fungsi pengawasan dalam program pengadaan Chromebook.

“Nanti akan ditanyakan bagaimana prosesnya, bagaimana pengetahuan yang bersangkutan terhadap hal ini dan tentu kami akan melihat apakah ada peran yang bersangkutan dalam proses pelaksanaan pengadaan,” ucapnya.

Guna mendalami hal-hal tersebut, Harli berharap Nadiem dapat hadir dalam pemeriksaan.

“Kami berharap supaya yang bersangkutan bisa hadir dan memenuhi panggilan penyidik untuk dilakukan pemeriksaan,” ucapnya.

Kejagung sedang menyidik perkara dugaan korupsi dalam pengadaan Chromebook ini.​​​

Kapuspenkum Harli Siregar mengatakan penyidik mendalami dugaan adanya pemufakatan jahat oleh berbagai pihak dengan mengarahkan tim teknis agar membuat kajian teknis terkait pengadaan bantuan peralatan yang berkaitan dengan pendidikan teknologi pada tahun 2020.

“Supaya diarahkan pada penggunaan laptop yang berbasis pada sistem operasi Chrome,” katanya.

Padahal penggunaan Chromebook bukanlah suatu kebutuhan. Hal ini karena pada tahun 2019 telah dilakukan uji coba penggunaan 1.000 unit Chromebook oleh Pustekom Kemendikbudristek dan hasilnya tidak efektif.

Dari pengalaman tersebut, tim teknis pun merekomendasikan untuk menggunakan spesifikasi dengan sistem operasi Windows. Namun, Kemendikbudristek saat itu mengganti kajian tersebut dengan kajian baru yang merekomendasikan untuk menggunakan operasi sistem Chrome.

Dari sisi anggaran, Harli mengatakan bahwa pengadaan itu menghabiskan dana sebesar Rp9,982 triliun.

Dana hampir puluhan triliun tersebut terdiri atas Rp3,582 triliun dana satuan pendidikan dan sekitar Rp6,399 triliun berasal dari dana alokasi khusus. (ANT/KN)

Big Mall Sudah Dibuka, Tapi Apa Benar Sudah Aman?

JUMAT, 20 Juni 2025. Saya dan istri sedang berada di Samarinda. Usai menyelesaikan urusan di Polresta sore itu, saya memutuskan untuk menengok Big Mall. Ada rasa penasaran yang belum tuntas sejak kebakaran pada 3 Juni lalu. Mall terbesar di Samarinda itu sudah dibuka kembali sejak 16 Juni. Tapi, benarkah sudah aman?

Saya arahkan mobil ke lantai tiga, pintu masuk utama seperti biasa. Tapi sesampainya di sana, aksesnya masih ditutup. Tampak rangka besi dan material renovasi masih terpasang. Petugas parkir memberi isyarat agar saya turun ke lantai dua. “Baru lantai dua dan satu yang dibuka, Pak,” katanya singkat.

Saya turunkan mobil perlahan. Area parkir terlihat lengang. Kendaraan yang terparkir bisa dihitung jari. Saya masuk lewat pintu dalam, suasananya terasa berbeda. Masih sepi. Belum terasa seperti mall yang benar-benar beroperasi. Hypermart di lantai dua masih tutup. Beberapa toko mulai bersih-bersih, tapi belum ramai.

Beberapa eskalator belum berfungsi. Aktivitas pengunjung masih terbatas

Seorang petugas keamanan menghampiri. Ia mengatakan bahwa lantai tiga ke atas masih belum bisa diakses. “Masih ada pengerjaan, Pak. Mungkin sekitar satu setengah bulan lagi. Tapi tenant di lantai bawah sudah mulai dibuka,” katanya.

Saya bertanya, “Tapi kan belum ada SLF (Sertifikat Laik Fungsi)?”

Ia menggeleng pelan. “Kami juga kurang tahu, Pak. Tapi pengamanan sudah jalan. Ada lebih dari seratus petugas yang berjaga, dibagi dalam tiga shift. Toko-toko juga mulai bersih-bersih, persiapan buka.”

Saya sempat minta izin untuk naik ke lantai atas. Tidak diperbolehkan. “Kalau ke Kordinat, rumah makan di lantai tiga, itu bisa. Tapi hanya itu. Area lain belum boleh. Nanti kami dampingi,” katanya.

Saya ke atas, sekadar ingin melihat. Tidak berniat makan. Dan benar saja, belum ada tanda-tanda mall siap dibuka penuh. Plafon masih terbuka, banyak area ditutup triplek, eskalator tidak semuanya berfungsi. Petugas kebersihan masih sibuk di depan gerai Matahari.

Yang jadi pertanyaan saya: kenapa harus buru-buru dibuka? Padahal, penyebab pasti kebakaran belum selesai diselidiki.

Media memberitakan bahwa api berasal dari tenant Charles & Keith di lantai UG, merembet ke tujuh tenant lainnya. Tim Puslabfor Mabes Polri dari Surabaya masih meneliti barang bukti. Tapi manajemen menyatakan bahwa lantai LG dan GF sudah bisa dibuka. Lantai UG ke atas, termasuk bioskop XXI, masih ditutup.

GM Big Mall, Tumpal MP Silalahi, menyebut sistem proteksi kebakaran di lantai bawah berfungsi. Tapi pernyataan itu kontras dengan temuan Disdamkar. Inspeksi terakhir mereka menemukan banyak masalah: pompa diesel pemadam tidak stabil, sprinkler tidak aktif di titik awal api, detektor asap dan panas tidak bekerja saat dibutuhkan. Jalur evakuasi dan lampu darurat pun belum sesuai standar.

Akibatnya, saat kejadian, asap tebal memenuhi mall dan belasan orang harus dilarikan ke rumah sakit karena sesak napas.

Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar, juga angkat suara. Ia menyebut belum menerima laporan resmi hasil investigasi. “Sistem keamanan seperti sprinkler dan hydrant harus dievaluasi. Kami akan terus memantau,” tegasnya.

Suasana lengang di area tenant Big Mall Samarinda pasca pembukaan kembali sebagian pusat perbelanjaan, 20 Juni 2025.

Yang membuat saya lebih heran, Dinas PUPR Kota Samarinda justru mengaku belum mengeluarkan izin operasional maupun SLF. Mereka baru tahu mall dibuka lagi dari unggahan di media sosial.

Itu berarti, saat saya berada di dalam Big Mall hari itu, saya sedang berada di gedung publik yang secara teknis belum dinyatakan laik fungsi.

Saya bukan pejabat. Bukan ahli teknis. Saya hanya warga biasa. Tapi saya tahu satu hal: keselamatan bukan soal opini. Bukan juga soal mengejar target operasional. Keselamatan adalah soal tanggung jawab.

Big Mall tentu ingin kembali ramai. Tenant ingin segera berdagang. Manajemen pasti ingin memulihkan kerugian. Itu wajar. Tapi kalau gedung belum laik fungsi, sistem belum siap, dan penyelidikan belum selesai—kenapa harus dipaksakan?

Api tidak akan menunggu surat izin. Ia tidak peduli siapa yang menyetujui atau siapa yang lalai. Kalau hal ini terulang lagi, siapa yang akan bertanggung jawab?

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

Rp60 Ribu untuk 2 Lumpia, Fenomena Kuliner Pecinan Halal di Mall Lembuswana

JUMAT malam, 20 Juni 2025. Saya menyempatkan diri singgah ke Mall Lembuswana, Samarinda. Bukan untuk belanja. Bukan pula urusan kantor. Saya cuma penasaran.

Ada video pendek di beranda TikTok saya, menampilkan festival kuliner di mall itu. Judulnya mencolok: Gebyar Kuliner Jakarta Pecinan Halal. Kabarnya, event ini diikuti puluhan tenant yang menyajikan makanan khas Pecinan dari Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya.

Digelar mulai 20 hingga 29 Juni 2025 di lantai 2 Mall Lembuswana, acara ini menghadirkan lebih dari 42 tenant dari Jakarta dan sejumlah kota besar, menyuguhkan kuliner khas Pecinan versi halal.

Ada cehuntiau, gohyong, oyster bakar, sampai baso A Fung. Semua diklaim halal. Awalnya saya tak terlalu ambil pusing, sampai akhirnya membaca komentar-komentar netizen: ramai, mahal, tapi tetap laris. Nah, itu yang bikin saya tertarik datang.

Saya tiba sekitar pukul 19.00 WITA. Area parkir padat. Harus putar satu kali baru dapat tempat. Begitu naik ke lantai 2, suasananya langsung terasa berbeda.

Mall yang biasanya lengang malam hari, kali ini penuh orang. Ramai, tapi tidak sesak. Pengunjungnya beragam. Anak muda, pasangan, keluarga, lalu-lalang membawa makanan.

Deretan stan tertata rapi. Bau minyak panas, asap panggangan, dan wangi rempah bercampur di udara. Beberapa menu terdengar asing. Tapi justru itu yang bikin orang makin ingin mencoba. Termasuk saya.

Saya beli lumpia isi dua, harganya Rp60 ribu. Gudeg Jogja lengkap Rp59 ribu. Harga segini jelas lebih mahal dari biasanya. Tapi anehnya, antrean tetap mengular. Banyak pembeli dari kalangan Tionghoa, tapi warga lokal pun banyak yang ikut mencicipi.

Saya dan istri tergoda juga. Total kami habiskan hampir Rp600 ribu malam itu. “Yang penting bisa mencicipi saja, supaya nggak penasaran,” kata istri saya.

Sistem pembayarannya semua digital—QRIS, e-money, e-wallet. Beberapa stan bahkan tidak menerima uang tunai. Bagi pengunjung yang terbiasa cash, mungkin agak repot. Tapi dari sisi penyelenggara, ini lebih praktis dan aman.

Lorong mall yang biasa kosong, malam itu jadi semacam jalur ekspedisi rasa. Anak-anak duduk santai di kursi dan meja yang disediakan. Remaja sibuk swafoto. Di dekat eskalator, saya lihat petugas kebersihan hilir-mudik mengepel lantai yang mulai lengket.

Ternyata ini event kedua. Sebelumnya digelar di Living Plaza Balikpapan, awal Juni. Di sana lebih dari 40 tenant hadir, membawa bahan masakan langsung dari Jakarta, Bandung, dan Medan menggunakan kontainer. Antrean panjang sampai satu jam jadi pemandangan biasa. Bahkan sempat ada promo cashback 50 persen dari salah satu bank.

Saya melihat, acara ini bukan semata jualan makanan. Ini pengalaman. Ini cara lain menikmati malam di kota karena ada rasa, aroma, dan interaksi.

Dari balik hiruk-pikuk suara wajan dan antrean panjang, saya menangkap satu hal: kota ini butuh lebih banyak ruang untuk bertemu dan berbagi.

Bukan sekadar ruang rapat atau debat, tapi ruang yang memberi alasan untuk orang berkumpul tanpa beban, meski setelah membayar Rp60 ribu untuk dua lumpia.

Saya tak membawa banyak oleh-oleh malam itu. Tapi saya pulang dengan pengalaman. Kadang, kita tak perlu alasan besar untuk keluar rumah. Cukup satu ajakan, satu rasa penasaran, dan sisanya biarkan berjalan seperti malam itu. (*)

Oleh Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

Kukar Siap Wujudkan Sekolah Rakyat, Prioritaskan Pendidikan Anak dari Keluarga Tidak Mampu

TENGGARONG – Komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) dalam mewujudkan pendidikan inklusif, kembali ditegaskan lewat rencana pendirian Sekolah Rakyat. Sebuah program pendidikan alternatif yang menyasar anak-anak dari keluarga prasejahtera.

Program yang merupakan bagian dari kebijakan nasional yang digagas oleh Kementerian Sosial (Kemensos) RI ini, kini tengah disiapkan pelaksanaannya secara serius oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kukar.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Kukar, Yuliandris Suherdiman, menjelaskan bahwa Sekolah Rakyat bukan sekadar solusi pendidikan. Tetapi bagian dari upaya sistemik, untuk mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan yang dirancang secara khusus.

“Ini bukan sekolah biasa, ini sekolah istimewa. Kurikulumnya berbeda dan pendekatan pengajarannya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak dari keluarga miskin. Presiden ingin semua anak punya kesempatan yang setara untuk berhasil,” ungkap Yuliandris, Jumat (20/6/2025).

Ia menambahkan, sekolah ini nantinya akan mengadopsi tiga jenis kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang adaptif dan kontekstual, sehingga anak-anak yang sebelumnya tersisih dari sistem pendidikan umum bisa mendapat perhatian khusus dan menyeluruh.

Demi menjamin keberlanjutan dan keberpihakan pada masyarakat setempat, tenaga pengajar untuk Sekolah Rakyat akan direkrut dari kalangan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) asal Kukar. Namun, proses seleksi akan dilakukan langsung oleh Kementerian Pendidikan, sementara pemerintah daerah hanya bertanggung jawab pada tahap awal pendaftaran.

“Kami hanya fasilitasi proses pendaftaran calon pengajar. Soal seleksi dan kelayakan sepenuhnya kewenangan pusat,” jelasnya.

Meski antusiasme tinggi, Yuliandris mengakui bahwa tahun ini Kukar belum dapat membuka penerimaan siswa karena keterbatasan sarana dan prasarana, khususnya bangunan sekolah. Tidak seperti daerah lain yang sudah memanfaatkan gedung-gedung eksisting seperti balai pelatihan atau asrama, Kukar belum memiliki infrastruktur pendukung.

“Kami belum punya gedung sendiri. Bahkan untuk operasional UPTD kami masih tergabung ke wilayah Temanggung dan Banjarmasin. Ini yang menjadi kendala utama,” ujarnya.

Sekolah Rakyat nantinya akan berada di bawah kendali penuh Kemsos, bukan di bawah pengelolaan Dinas Sosial Kukar. Meski begitu, peran Pemkab tetap penting dalam mendukung kesiapan infrastruktur dan mobilisasi tenaga pengajar lokal.

“Kami berharap dukungan lintas sektor agar Kukar bisa segera memiliki fasilitas yang memadai. Karena pendidikan adalah kunci utama pemberdayaan masyarakat miskin,” tutupnya. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i

Kades Ponoragan Dorong Koperasi Merah Putih Jadi Pilar Ekonomi dan Ketahanan Pangan Desa

TENGGARONG – Pemerintah Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar), terus menguatkan langkah menuju kemandirian ekonomi desa. Salah satu terobosan strategis yang tengah digarap adalah pembentukan Koperasi Merah Putih, sebagai wadah usaha kolektif yang menopang kebutuhan masyarakat dari sektor pangan hingga layanan dasar.

Kepala Desa (Kades) Ponoragan, Sarmin, menilai koperasi ini akan menjadi solusi jangka panjang terhadap ketergantungan masyarakat terhadap pasokan dari luar desa. Dengan beroperasi di bidang sembako, pergudangan, hingga layanan kesehatan, Koperasi Merah Putih diharapkan menjadi ujung tombak ketahanan pangan berbasis lokal.

“Kita tidak boleh tergantung pada pasokan luar. Kalau terus-menerus beli dari luar, artinya kita belum mandiri. Sebesar apa pun kekuatan negara ini, tanpa pangan yang kita hasilkan sendiri, itu bukan kekuatan sejati,” ujar Sarmin, Jumat (20/6/2025).

Ia memastikan bahwa proses pendirian koperasi ini telah sesuai prosedur hukum yang berlaku. Semua kelengkapan administrasi telah diproses melalui notaris, dan kini hanya menunggu tahapan berikutnya di tingkat kabupaten. Sarmin juga mengungkapkan bahwa bangunan fisik untuk operasional koperasi telah disiapkan.

Terkait pendanaan, Sarmin menegaskan prinsip kehati-hatian. Koperasi, menurutnya, tidak semestinya tergantung pada pinjaman jika tidak mendesak. Ia membedakannya dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang pengelolaannya sudah terikat aturan pendanaan dari pemerintah.

“Koperasi lebih fleksibel. Jika modal cukup dari anggota, maka tidak perlu pinjaman. Tapi kalau diperlukan, pinjaman pun harus punya mekanisme pengembalian yang jelas,” ungkapnya.

Dengan strategi berbasis potensi lokal dan kebutuhan nyata warga, Sarmin berharap koperasi ini bisa menjadi percontohan nasional dalam upaya membangun ekonomi desa dari bawah.

“Koperasi ini bukan hanya alat usaha, tapi bagian dari perjuangan kita menjaga martabat desa lewat ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi,” tutupnya. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i

Desa Ponoragan Sukses Jadi Lumbung Bibit Ikan Air Tawar Terbesar di Kaltim

TENGGARONG – Tidak banyak yang tau jika Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar), telah sukses menjelma sebagai sentra pembibitan ikan air tawar terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim). Dengan produksi tahunan bibit ikan mencapai 15-20 juta ekor. Pasalnya selama ini kawasan ini hanya dikenal sebagai kawasa budidaya ikan konsumsi.

Kepala Desa (Kades) Ponoragan, Sarmin, menuturkan geliat pembibitan ikan diwilayahnya dipacu oleh tingginya permintaan bibit ikan yang datang dari berbagai daerah di Kaltim dan juga Kalimantan Utara (Kaltara).

Bahkan, pengiriman bibit dilakukan hampir setiap hari karena pasokan selalu dibutuhkan pasar. Dengan sistem penjualan yang dilakukan per ekor, membuat banyak warga yang lenih fokus mengembangkan sektor pembibitan ikan dibanding ikan konsumsi.

“Desa kami dikenal sebagai penghasil bibit unggulan. Ini sudah jadi identitas Ponoragan di mata pembudidaya,” kata Sarmin, Jumat (20/6/2025).

“Permintaan sangat tinggi. Pengiriman keluar desa bisa setiap hari. Bibit kami sudah punya pasar tetap dan siklus produksi berjalan lancar tiap bulan,” timpalnya.

Guna menjaga kualitas bibit, Ponoragan juga menerapkan standar seleksi ketat. Bibit yang tidak layak untuk dijual ke pembudidaya tidak dibuang begitu saja, melainkan diolah menjadi produk konsumsi alternatif yang dikenal warga sebagai ‘babyfish’.

“Kami tidak buang bibit jelek. Itu kami olah jadi makanan, supaya tetap ada manfaat dan tidak merugikan petani,” hajatnya.

Keberhasilan Desa Ponoragan dalam sektor perikanan ini sejalan dengan arah pembangunan desa yang dituangkan dalam RPJMDes. Melalui musyawarah rutin bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD), aspirasi warga diserap dan dijadikan dasar penyusunan RKPDes setiap tahunnya.

“Kami pastikan pembangunan tetap berjalan sesuai rencana, tapi tetap fleksibel mengikuti masukan dari warga,” tuturnya. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i

Balikpapan Kembali Banjir: Program Ada, Tapi Air Masuk Rumah

Kamis, 19 Juni 2025. Saya melakukan perjalanan menuju Balikpapan. Bukan dalam kapasitas sebagai manajemen Media Kaltim, bukan pula untuk kepentingan jurnalistik. Kali ini murni urusan hukum pribadi, dalam kapasitas saya sebagai pengelola Satu Nusantara Law Firm.

Saya dijadwalkan menghadiri sidang ketiga perkara perdata di Pengadilan Negeri Balikpapan. Perkara ini saya tangani bersama rekan senior saya, H. Arief Widagdo Soetarno, SH., M.Si., yang juga berkantor di firma kami di Jalan Gunung Kawi BSD, Bontang.

Urusan hukum itu akan saya bahas pada waktunya. Belum hari ini. Karena pagi itu, perhatian saya sepenuhnya tertuju pada satu hal yang lebih mendesak: Kota Balikpapan yang kembali digenangi.

Kami berangkat sejak pagi dari Samarinda. Hujan masih ringan saat memasuki tol. Namun begitu melewati wilayah Samboja, intensitasnya meningkat tajam. Ketika keluar dari Tol Manggar, genangan air mulai tampak di beberapa titik. Jalur menuju pusat kota masih bisa dilalui, meski melambat akibat genangan yang meninggi.

Sejak hujan deras mengguyur saat perjalanan, saya sudah menduga: Balikpapan akan kembali banjir. Yang saya khawatirkan, apakah jalan menuju pengadilan masih bisa dilintasi.

Jadwal sidang pukul 10.00 Wita, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 saat saya tiba di pintu tol keluar.

Sepanjang rute, saya melewati tiga titik genangan. Air cukup tinggi, tapi mobil masih bisa melaju perlahan. Sementara di jalur arah ke Manggar, kemacetan mulai mengular karena satu kendaraan terjebak di tengah genangan.

Tak lama, laporan dari tim redaksi Media Kaltim berdatangan lewat grup WhatsApp. Air setinggi lutut di MT Haryono. Di Gang Mufakat, bahkan mencapai dada orang dewasa. Rumah-rumah yang selama ini aman, kali ini ikut terendam. Salah satu karyawan kami mengaku, ini kali pertama rumahnya kebanjiran sejak tinggal di sana.

Ini bukan kejutan. Ini pola yang terus berulang. Dan setiap tahun, pemerintah kota tampaknya tetap tidak belajar.

BMKG sebenarnya sudah mengeluarkan peringatan sejak pagi. Hujan dikategorikan sedang, tapi berdurasi panjang. Tapi cukup untuk menunjukkan satu hal yang belum berubah: drainase kota macet, tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Jalanan lumpuh. Warga kesulitan beraktivitas. Kendaraan mogok. Dan air, seperti biasa, mengalir ke tempat yang paling mudah: rumah-rumah penduduk.

Yang patut diapresiasi adalah mereka yang bergerak tanpa sorotan kamera. Tim Satbrimob Polda Kaltim, dipimpin langsung Kombes Andy Rifai, turun ke lokasi banjir.

Mereka membawa perahu karet, mengevakuasi warga—terutama lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Ini bentuk nyata dari tanggung jawab. Sunyi dari pemberitaan, tapi berarti di lapangan.

Wali kota memang sedang menjalankan agenda resmi, mendampingi kunjungan kerja anggota DPR RI. Itu tugas penting, kita paham. Tapi saat warga berjibaku menyelamatkan kasur dari rendaman air, harapan tetap ada: semoga, meski tak tampak di lapangan, Wali Kota Balikpapan tetap memantau situasi dan mendengar langsung suara warganya. Karena kepemimpinan bukan soal hadir secara fisik semata, tapi soal tanggap dan tahu kapan rakyatnya butuh dipegang.

Tapi, kita juga harus akui, Pemkot Balikpapan sebenarnya telah menjalankan sejumlah program untuk mengatasi banjir.

Mulai dari normalisasi drainase di MT Haryono dengan box culvert berukuran besar, pembangunan bendali Ampal Hulu, hingga moratorium izin pembukaan lahan baru sejak 19 Juni 2025.

Ada juga optimalisasi bendali di belakang Pasar Segar dan dorongan penyerahan prasarana dari pengembang ke pemerintah. Strategi pengendalian banjir jangka menengah dan proyek SPAM pun sedang disiapkan.

Tapi kita tahu: program bagus tanpa kecepatan eksekusi dan konsistensi hanya akan menjadi daftar niat baik. Dan niat baik saja tidak cukup ketika air sudah masuk ruang tamu warga.

Mari bicara apa adanya. Ini bukan bencana alam. Ini bencana pengabaian. Drainase yang tak pernah dibenahi. Izin pembangunan yang terus diterbitkan. Kawasan resapan air yang terus dikorbankan atas nama investasi. Lalu, tiap musim hujan, semua tampak terkejut—padahal warga sudah pasrah.

Balikpapan bukan kota kecil. Tapi cara kita menanggapi banjir selalu kecil. Jika penanganan hanya muncul setelah viral, maka yang diperbaiki hanyalah kulitnya. Kalau semua keputusan hanya demi menjaga citra, maka yang akan terus tenggelam adalah kepercayaan publik.

Sudah waktunya bicara tegas: Hentikan pembiaran. Perbaiki tata ruang. Benahi drainase.Dan berhentilah menyalahkan langit.

Karena air tidak salah. Yang salah adalah kita yang tak pernah belajar.

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.