Sabtu, April 27, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Diskusi Publik Refleksi 22 Tahun PPU, Ajak Masyarakat PPU Berfikir Konstruktif untuk Benuo Taka

PPU – Berbagai pandangan, kritik dan masukan tergambar dalam gelaran diskusi publik Ngobrol Daerah (Ngode) #7 ‘Refleksi 22 Tahun PPU’, Kamis malam, (28/3/2024). Menjadi ajang bagi suluruh pihak di Penajam Paser Utara (PPU) untuk berfikir konstruktif untuk mendorong perkembangan, fisik atau lain sebagainya.

Kegiatan ini digagas Komunitas Gemar Belajar (Gembel) PPU yang diadakan di Jkopi Coffe and Resto Desa Bangun Mulya, Kecamatan Waru. Menghadirkan 3 narasumber, yakni Pelopor Pemekaran PPU, Harimuddin Rasyid; Bupati PPU periode 2022-2023, Hamdam Pongrewa dan mewakili Pj Bupati PPU Makmur Marbun, Sekkab PPU Tohar.

Diskusi yang dipandu moderator, Edy Suratman Yulianto tersebut berhasil menyedot perhatian publik, khususnya di Kecamatan Waru. Mulai masyarakat dan tokohnya hingga perangkat pemerintahan kelurahan/desa serta kalangan anak muda. Mereka ingin mendengarkan pandangan terkini tentang kemajuan dan kekurangan Benuo Taka (sebutan PPU), semenjak mekar menjadi daerah otonomi baru semenjak 2002 silam.

Pemaparan diawali oleh Harimuddin Rasyid yang dikenal sebagai sosok yang memiliki peran penting dalam proses pembentukan PPU. Dengan penuh semangat, ia mengawali narasinya dengan mengingatkan para hadirin tentang masa-masa awal yang penuh tantangan dan perjuangan.
Ia menggambarkan bagaimana ide pemekaran PPU tidak lahir begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang dan melelahkan. Menurut Rasyid, sebelum menjadi sebuah kabupaten mandiri, wilayah PPU dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Paser.

Namun, keinginan untuk memperjuangkan kepentingan lokal dan meningkatkan pelayanan publik di wilayah tersebut menjadi pendorong utama. Bagi para pemerhati dan pemimpin masyarakat untuk memperjuangkan pemekaran.

Ia dengan lugas menjelaskan bagaimana para tokoh masyarakat, termasuk dirinya sendiri, bersama-sama melakukan kampanye, menggalang dukungan, dan merumuskan strategi untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Menggambarkan bagaimana proses komunikasi, negosiasi, dan diplomasi menjadi kunci dalam memenangkan dukungan dari berbagai pihak, baik di tingkat lokal maupun nasional.

“Puncak dari perjuangan tersebut terjadi ketika upaya pemekaran PPU berhasil disetujui oleh pemerintah pusat,” tegasnya.

Rasyid dengan antusias menceritakan momen-momen haru dan sukacita saat wilayah PPU resmi menjadi sebuah kabupaten yang mandiri. Dengan segala potensi dan tantangannya.

Namun, Rasyid juga tidak lupa untuk mengingatkan bahwa perjalanan PPU sebagai kabupaten yang baru terbentuk tidaklah mudah. Ia menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi, mulai dari masalah administratif hingga pembangunan infrastruktur yang masih memerlukan perhatian serius.

“Bahwa semangat perjuangan dan komitmen untuk memajukan daerah tetap menyala terus dalam diri para pemimpin dan masyarakat PPU. Dia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah,” jelas Rasyid.

Dalam kesempatan yang sama, Hamdam Pongrewa, sosok yang dikenal sebagai sosok berkharisma dan memiliki pengalaman panjang dalam pemerintahan daerah, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan diskusi tersebut. Bahkan baginya perayaan ulang tahun ke-22 Kabupaten PPU, menyebutnya sebagai usia yang cukup dewasa.

“Usia ke-22 ini jika diidentikan dengan manusia saya kira ini usia yang cukup dewasa dan diberikan tanggung jawab. Sebagai gambaran pentingnya momen tersebut dalam perjalanan Kabupaten PPU.,” sebutnya.

Hamdam juga mengingatkan perjalanan panjang PPU sejak awal pemekarannya. Ia menyebut bahwa ketika dirinya pertama kali di Benuo Taka pada tahun 1999, ia menemukan banyak masyarakat yang hidupnya masih nomaden atau berpindah-pindah.

“Alhamdulillah sekarang sudah bisa kita pastikan tidak ada yang nomaden, mereka sudah bisa hidup dengan mata pencaharian yang sekarang,” ucapnya.

Dalam konteks pengembangan daerah, Pongrewa menegaskan pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM). Menurutnya, dengan memiliki SDM yang unggul, PPU dapat menggenjot citranya sebagai daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Serambi nusantara itu kata kuncinya adalah SDM, SDM itu yang mesti ditingkatkan. Itu yang bisa menjadi solusi jangka panjang untuk menciptakan SDM yang unggul,” sahutnya.

Sementara itu, Sekda PPU, Tohar, mengambil kesempatan untuk memaparkan bagaimana proses terbentuknya Kabupaten ini. Dengan pengalamannya sejak tahun 1994 menginjakkan kaki di PPU, jauh sebelum pemekaran, Tohar menggambarkan kondisi infrastruktur yang belum memadai pada masa tersebut.

“Pada waktu remaja yang menjelang dewasa ini kita telah memasuki pasang surutnya pemerintahan,” ujarnya.

Tohar juga menyoroti pentingnya merawat kemajemukan yang ada di PPU. Ia juga menekankan pentingnya sikap toleransi dalam mengelola keragaman budaya yang ada di daerah dengan ikon Rusa Sambar ini.

“PPU ini jauh sebelum IKN hadir sudah sangat heterogen. Hal yang biasa, tinggal kita menyikapi bagaimana ketika perbedaan kultur itu ada, tetapi kita perlakukan dengan baik,” terang Tohar.

Kegiatan berjalan dengan penuh interaksi dengan puluhan penonton yang hadir. Tak sedikit dari mereka yang melemparkan pernyataan, kritik dan juga pertanyaan pada ketiganya.

Beberapa aspirasi yang terekam itu di antaranya seputaran isu yang berkaitan dengan pemerataan pembangunan baik fisik hingga non-fisik yang sesuai dengan visi pemekaran daerah ini. Kemudian juga berkaitan dengan isu-isu yang berhubungan dengan pola dan cara pemerintahan daerah, baik di lingkup eksekutif, legislatif dan yudikatif yang terus berjalan hingga kini.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Kepala Badan Perencanaan Penelitian, dan Pengembangan (Bapelitbang) PPU, Tur Wahyu Sutrisno dan Asisten III Setkab PPU, Ainie. Kemudian juga Anggota DPRD PPU, Bijak Ilhamdani dan Irawan Heru Suryanto.

Diskusi juga diramaikan dengan berbagai quiz dan pembagian doorprize untuk peserta. Kegiatan ini diakhiri dengan pembacaan doa bersama untuk para ‘pejuang’ pemekaran PPU yang telah meninggal dunia, yang dilakukan oleh seluruhnya yang hadir.

Kegiatan yang dimulai usai sala tarawih, sekira pukul 09.00 Wita dan berakhir hingga sekira pukul 00.30 Wita, Jumat dini hari. Baik para narasumber, muapun seluruh peserta yang mengikuti diskusi publik ini sepakat bahwa adanya diskusi ini merupakan ajang yang baik, dan perlu terus dilakukan.

“Kegiatan ini semoga bisa menjadi harapan, jika ada kesempatan seperti ini dapat memberikan manfaat serta menjadikan Kita semua dapat berfikir secara konstruktif dan lebih solutif dalam membuka cakrawala berfikir,” tutukp moderator acara, Edy Suratman Yulianto merangkum seluruh hasil pandangan untuk Diskusi Publik Ngode #7 ‘Refleksi 22 Tahun PPU’. (*/SBK)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular