Minggu, Desember 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Warga Paris Meminta Keadilan bagi Nahel

PARIS –Kerusuhan terjadi dalam dua hari terakhir di Paris, Perancis. Pemicunya, pembunuhan terhadap remaja 17 tahun bernama Nahel M oleh seorang polisi. Korban ditembak di bagian dada dari jarak dekat Selasa, 27 Juni 2023 di Nanterre, Paris.

’’Dia masih anak-anak. Apa yang bisa saya perbuat? Dia adalah hidup saya. Dia segalanya bagi saya,’’ ujar Mounia, ibu Nahel. Maklum, Nahel merupakan anak semata wayangnya.

Jaksa Penuntut Nanterre Pascal Prache telah menyelidiki kasus tersebut. Hasilnya, petugas kepolisian yang menembak Nahel bertindak secara ilegal. Persyaratan hukum penggunaan senjata belum terpenuhi. Kini polisi yang menembak itu sudah ditahan. Jaksa juga mengungkap bahwa peluru menembus lengan dan dada Nahel.

Insiden itu terjadi karena Nahel melanggar rambu lalu lintas, tapi terus melaju ketika dihentikan polisi. Pengejaran terjadi dan terdengar suara tembakan. Nahel ditembak. Pertolongan pertama sempat dilakukan. Sayang, nyawanya tidak selamat.

Pelaku sempat berdalih bahwa dirinya hanya melakukan perlawanan. Sebab, Nahel akan menabrakkan mobilnya ke mobil polisi. Namun, bukti berupa video yang beredar di berbagai media sosial tidak mendukung pernyataan pelaku tersebut. ’’Anda dapat melihat bahwa penembakan itu tidak sesuai aturan,’’ ujar Yassine Bouzrou, pengacara untuk keluarga Nahel, seperti dikutip The Guardian.

Tragedi itu langsung membuat penduduk berang. Mereka ramai-ramai turun ke jalan. Pembunuhan Nahel adalah penembakan fatal ketiga oleh polisi. Tahun lalu ada 13 insiden serupa. Mayoritas korbannya adalah orang Arab dan kulit hitam. Nahel merupakan keturunan Prancis-Aljazair.

Kerusuhan pun terjadi sejak Selasa hingga Kamis, 29 Juni 2023. Massa membakar puluhan mobil, tong sampah, dan beberapa fasilitas umum lainnya. Mereka juga menyerang dan merusak kantor polisi. Di Mons-en-Barœul, Lille, massa masuk dan merusak balai kota serta melakukan pembakaran.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin menyatakan, sebanyak 40 ribu polisi antihuru-hara disiagakan di penjuru negeri guna mencegah protes lebih lanjut. Sebab, amuk massa juga terjadi di kota-kota lain seperti Toulouse, Dijon, dan Lyon. Setidaknya, 180 pelaku kerusuhan telah ditahan.

Darmanin juga mengungkapkan, 170 petugas kepolisian terluka dalam bentrok pada Rabu, 28 Juni 2023malam. ’’Ini bukan tentang protes skala kecil. Ini tentang sekelompok kecil orang yang memutuskan untuk menyerang simbol republik. Ketika Anda menyerang sekolah atau pusat komunitas atau balai kota, Anda menyerang simbol,’’ ujar Darmanin seperti dikutip BBC.

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menggelar rapat darurat pada Rabu dini hari dengan beberapa menteri terkait. Dia meminta penduduk untuk tenang. Dia menegaskan, kerusuhan yang terjadi tidak bisa dibenarkan. Yang salah adalah pelaku penembakan, bukan seluruh institusi kepolisian. (kn)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular