PENAJAM PASER UTARA – Pegawai Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dibekali mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi potensi interaksi negatif dengan satwa liar di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), ibu kota Indonesia.
“Ketika suatu wilayah disebut sebagai kota hutan, akan ada konsekuensi yang harus dihadapi,” kata Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN Myrna Asnawati Safitri ketika menjawab pertanyaan menyangkut menjaga IKN sesuai konsep kota hutan di Sepaku Penajam Paser Utara Kalimantan Timur, Jumat (9/5/2025).
“Termasuk upaya memulihkan kembali ekosistem hutan tropis, mengembalikan rumah yang telah hilang bagi satwa yang ada,” tambahnya.
IKN, ibu kota Indonesia yang dibangun di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, dengan konsep menyatu dan serasi dengan alam.
Sehingga satwa liar tidak lagi dianggap sebagai ancaman, melainkan sebagai bagian penting dari komunitas ekosistem yang turut menjaga keseimbangan lingkungan.
Satwa liar, katanya, diharapkan menjadi teman, bahkan sahabat bagi warga IKN.
Semangat hidup berdampingan tersebut, pembangunan IKN bukan hanya soal membangun infrastruktur modern, lanjut dia, tetapi juga membentuk kesadaran baru untuk hidup selaras dengan alam dan seluruh makhluk hidup di dalamnya.
Pegawai OIKN dibekali cara berinteraksi yang aman dan tepat dengan satwa liar, pemahaman tentang landasan hukum dalam perlindungan satwa, langkah pencegahan konflik antara manusia dan satwa liar, dan teknik pertolongan pertama saat menghadapi konflik di lapangan.
Pembekalan terhadap pegawai tersebut kerja sama OIKN dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).
“Pemahaman tentang bagaimana hidup berdampingan secara harmonis dengan satwa liar jadi kunci penting dalam pembangunan yang berkelanjutan,” demikian Myrna Asnawati Safitri. (ANT/KN)