Kamis, Mei 2, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Rupiah Masih Berpeluang Melemah selama Konflik Timur Tengah

JAKARTA – Nilai tukar rupiah tampak mulai menguat kembali pada perdagangan Kamis, 18 April 2024. Berdasarkan data RTI Business pada pukul 12.07 WIB, mata uang Indonesia terapresiasi 35 poin atau 0,22 persen sehingga kursnya berada di angka Rp 16.156 per dolar AS.

Mayoritas mata uang di kawasan Asia bergerak di zona hijau. Tercatat, peso Filipina menguat 0,23 persen, dan yuan China 0,04 persen, won Korea Selatan 0,62 persen, dan Jepang 0,08 persen.

Lalu, ringgit Malaysia dan dolar Singapura masing-masing menguat 0,14 persen dan 0,03 persen. Sedangkan, baht Thailand melemah 0,31 persen, dolar Hong Kong minus 0,01 persen, dan rupee India minus 0,11 persen.

Namun, Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra memproyeksi rupiah akan tetap melemah hari ini. Menurutnya, pasar masih mewaspadai eskalasi konflik Timur Tengah.

Terlebih, bank sentral AS (The Fed) yang mungkin akan menunda penurunan suku bunga acuannya imbas inflasi AS yang sulit dijinakkan.

“Rupiah masih berpeluang melemah selama konflik Timur Tengah memanas dan the Fed menunda kebijakan pelonggaran moneternya,” kata Ariston kepada JawaPos.com, Kamis (18/4).

Berdasarkan sentimen di atas, Ariston memproyeksi rupiah dapat melemah sampai level Rp16.250 dengan potensi support di kisaran 16.180 hari ini.

Lantas, apakah rupiah akan mencapai rekor terburuk seperti saat Krisis Moneter (Krismon) 1998?

Ariston memprediksi, pelemahan yang terjadi saat ini memang masih terbuka ke level tertinggi. Bahkan, tak bisa dipungkiri bisa mendekati rekor tertinggi pada Krismon 1998.

Bedanya, dengan kondisi ini, Rupiah juga akan cepat menguat kembali. Terlebih jika Konflik Timur Tengah sudah menemui titik resolusi dan The Fed akhirnya memangkas suku bunga acuan pada tahun ini.

“Pelemahan saat ini masih terbuka ke level tertinggi 1998 tapi bisa cepat menguat lagi kalau konflik sudah menemui resolusinya dan the Fed akhirnya memangkas suku bunga acuannya tahun ini,” jelasnya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan JawaPos.com, spread antara kurs jual beli dolar masih tipis. Mengutip kurs jual beli di Bank BCA, harga beli dolar tercatat Rp 16.178 dengan harga jual yang beda tipis sebesar Rp 16.198.

Sedangkan, pada saat krismon 1998 spread antara kurs jual beli dolar tercatat cukup jauh yang mencerminkan kepercayaan terhadap rupiah sangat lemah. Pasalnya saat itu, rupiah mengalami penurunan nilai yang drastis, mencapai titik terendahnya dari Rp 2.500 menjadi Rp16.800 per dolar AS.

Adapun saat itu dampaknya terjadi lonjakan harga barang dan jasa yang memicu inflasi hingga 78 persen, kegiatan ekonomi yang lumpuh, banyaknya perusahaan yang bangkrut, dan peningkatan angka pengangguran. (JP/KN)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular