Catatan Rizal Effendi
KEPALA Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi, MA, Ph.D lagi viral. Itu gara-gara kebijakan soal lepas jilbab yang diterapkan kepada 18 anggota Paskibraka putri yang bertugas pada upacara 17 Agustus di Ibu Kota Nusantara (IKN), Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU).
Kebijakan itu tentu saja sangat kontroversial. Apalagi hal itu baru diterapkan tahun ini. Sementara pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada perlakuan semacam itu alias para petugas Paskibraka boleh mengenakan jilbab.
Dia diserang berbagai pihak. Mulai DPR sampai majelis ulama (MUI). Termasuk daerah yang mengirim utusan. Akhirnya Prof Yudian mint saja a maaf sekaligus memberikan klarifikasi. Sementara Istana menegaskan, anggota Paskibraka putri tetap diperbolehkan mengenakan jilbab dalam menjalankan tugasnya termasuk dalam pengibaran bendera, Sabtu (17/8) besok.
Menurut Yudian, BPIP tidak memaksa melakukan pelepasan jilbab. “Itu sukarela dari mereka dalam rangka mematuhi aturan yang berlaku,” jelasnya.
Selain itu, pelepasan jilbab hanya diterapkan pada momen pengukuhan dan pelaksanaan upacara pengibaran bendera saja. Sedang dalam kegiatan lain dipersilakan kembali mengenakannya.
Kedua penjelasan Yudian itu tetap saja dikritik berbagai pihak. Soal sukarela itu terkesan sebagai cara halus dalam hal pemaksaan. Begitu juga kebijakan lepas jilbab hanya pada pengukuhan dan pengibaran bendera juga tidak tepat. Sebab pemakaian jilbab bagi wanita Islam wajib dipakai dalam situasi apa pun.
Banyak pihak mendorong pemerintah segera membubarkan BPIP atau setidaknya mencopot Yudian dari jabatan sebagai kepala BPIP.
“Kami minta Presiden untuk mengevaluasi kinerja BPIP. Segera dicabut mandat kepala BPIP,” kata Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH M Cholil Nafis. Hal yang sama juga disampaikan Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar, yang juga ketua umum DPP PKB. “Ganti saja kepala BPIP itu,” tandasnya.
Berbagai media langsung mencari jejak digital Yudian. Soalnya bukan sekali ini saja dia membuat gaduh. Ada beberapa pernyataan dia yang juga dianggap tidak tepat dan justru terkesan tidak Pancasilais. Padahal dia memimpin lembaga yang berkaitan dengan pemahaman dan pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila.
Ketika menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof Yudian pernah mengeluarkan larangan penggunaan cadar bagi mahasiswi. Alasannya untuk menjaga ideologi dan juga memudahkan kampus dalam kegiatan belajar mengajar. Ia curiga mahasiswi yang bercadar menggunakan joki saat ujian tanpa bisa diketahui. Akhirnya kebijakan itu berumur tak sampai sebulan. Karena diserang berbagai pihak, Yudian mau tidak mau menarik kembali keputusannya itu.
Dalam wawancara dengan Detik.com, 12 Februari 2020 dia pernah mengeluarkan pernyataan yang juga kontroversial. Ia menggambarkan seolah agama menjadi musuh Pancasila. Ada juga ucapannya yang menyebut “konstitusi di atas kitab suci.”
Hujan kritik juga menerpa dia. Yudian menjelaskan media salah kutip dan tidak memuat pernyataannya secara lengkap. Lalu dia mengatakan akan puasa bicara selama satu tahun.
Lomba penulisan artikel yang diadakan BPIP mengangkat tema “Hormat Bendera Menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam” pada bulan Agustus 2021 juga memicu polemik. Ulama asal Sumatera Barat Anwar Abbas meminta agar BPIP dibubarkan saja.
BPIP dibentuk berdasarkan Perpres No 7 Tahun 2018. BPIP adalah lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang memiliki tugas membantu Presiden dalam hal-hal terkait pembinaan ideologi Pancasila.
Yudian sendiri dilantik Presiden Jokowi sebagai kepala BPIP 5 Februari 2020 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 12/P Tahun 2020. Dia mengemban tugas selama 4 tahun dan akan berakhir tahun 2024 ini. Penanganan Paskibraka nasional tadinya di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga. Baru tahun ini dialihkan kepada BPIP.
DISEBUT “ANAK NAKAL”
Mengutip dari WIKIPEDIA, Prof Yudian ternyata lahir di Balikpapan, 17 April 1960. Jadi usianya sekarang 64 tahun. Tetapi saya tak menemukan riwayat hidupnya di Balikpapan lebih detail. Lahir di kampung mana dan apakah masih ada keluarga atau teman-temannya di sini.
Saya baru tahu Yudian orang Balikpapan ketika Kaltim lagi mencari pejabat setingkat eselon I untuk dicalonkan menjadi Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim tahun lalu. Salah satunya disebut-sebut nama Prof Yudian.
Saya juga belum pernah bertemu langsung. Dilihat kumisnya mirip tokoh pengusaha Tanri Abeng. Tapi rambut Prof Yudian unik juga. Agak kribo. Saya tidak tahu apakah itu kribo bawaan sejak lahir atau tidak.
Ayahnya disebutkan adalah tentara zaman revolusi yang ditugaskan pemerintah di Kota Minyak di tahun 1948. Yudian kecil digambarkan sebagai anak nakal, suka tawuran, yang akhirnya “dibuang” ke pondok pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Selanjutnya dia pernah juga mondok di Ponpes Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta tahun 1979.
Tapi sepertinya dia anak cerdas. Langkah pendidikan yang diikutinya sangat lancar. Dia memperoleh gelar sarjana muda, sarjana penuh sampai S2 di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga. Pada saat yang sama dia juga meraih gelar sarjana muda di Fakultas Filsafat UGM.
Ia meraih gelar doktor setelah menamatkan pendidikan S3 di MCGill University, Montreal, Kanada tahun 2002. Menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga sejak 2016. Selain juga menjadi Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum pada universitas yang sama.
Banyak hal yang dia kerjakan. Di antaranya mendirikan Yayasan Nawesea serta tarikat Sunan Anbia. Sebagai akademisi, ia aktif mengajar dan membuat karya ilmiah. Bahkan dikenal sebagai penerjemah andal buku-buku Islam Kontemporer berbahasa Inggris, Arab hingga Prancis.
Mengutip wawancara Harian Republika, 6 April 2009, Yudian disebut memecahkan rekor sebagai dosen pertama dari Perguruan Tinggi Agama Islam yang berhasil menembus Harvard Law School di Amerika Serikat pada 2002-2004. Ia juga berhasil menjadi profesor dan tergabung dalam American Association of University Professors periode 2005-2006 serta dipercaya mengajar di Comparative Department, Tufts University, AS.
Tak ada yang meragukan kualitas pendidikan dan perjalanan karier Prof Yudian. Tapi uniknya orang Balikpapan yang satu ini suka membuat yang aneh-aneh. Sudah beberapa minggu ini dia tinggal di IKN mengawal Paskibraka. Mudah-mudahan hawa sejuk IKN membuat dia lebih sejuk dalam bersikap dan berucap. (*)