KORANUSANTARA – Sikap Israel yang menolak gencatan senjata membuat sejumlah negara memberi kecaman. Terbaru, Amihai Eliyahu mengatakan, senjata nuklir bisa dijadikan opsi serangan ke Gaza. Sontak, pernyataan Menteri Muda Bidang Warisan Israel itu membuat berang negara-negara Arab.
”Komentar Eliyahu menunjukkan sejauh mana ekstremisme dan kebrutalan telah merasuki pemerintah Israel. Fakta bahwa Eliyahu hanya diskors dan tidak langsung dipecat mencerminkan pengabaian pemerintah Israel terhadap semua nilai kemanusiaan, moralitas, agama, dan hukum,” bunyi pernyataan pemerintah Arab Saudi seperti dikutip Times of Israel.
Kementerian Luar Negeri UEA juga menyebut pernyataan Eliyahu sebagai sesuatu yang memalukan dan tidak dapat diterima. Komentar itu merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional serta hasutan untuk melakukan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional, seperti kejahatan perang.
”Pernyataan Eliyahu mengungkapkan bahwa Israel memiliki senjata nuklir, yang merupakan rahasia umum. Komentar tersebut juga mengonfirmasi kebenaran pandangan rasis yang dianut Israel terhadap Palestina. Ini adalah wajah sebenarnya dari pemerintah penjajah (Israel),” tegas Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan radio Kol Beramah, Eliyahu menegaskan bahwa salah satu opsi Israel untuk memerangi Hamas adalah menjatuhkan bom nuklir. Ketika ditanya dampak bom nuklir terhadap sekitar 240 warga Israel yang ditawan Hamas, politikus dari Partai Otzma Yehudit itu balik mempertanyakan mengapa nyawa para tawanan tersebut dianggap lebih berharga daripada nyawa para tentara yang bakal terbunuh. Eliyahu mengatakan, ada harga yang harus dibayar dalam sebuah perang.
Pernyataan Eliyahu tidak hanya membuat geram negara-negara Arab. Di dalam negaranya sendiri juga memicu kemarahan. Keluarga orang-orang yang masih ditawan Hamas juga marah dan sakit hati. Tokoh-tokoh oposisi Israel juga meminta Eliyahu dipecat saja.
Dalam pernyataannya, Eliyahu juga meminta penduduk Palestina hengkang ke Irlandia atau ke gurun saja. Eliyahu juga enggan memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Palestina di Jalur Gaza. ”Kami tidak akan menyerahkan bantuan kemanusiaan kepada Nazi. Tidak ada warga sipil yang tidak terlibat di Gaza,” ujarnya menyebut Hamas dengan sebutan Nazi.
Namun, Kantor PM Israel menyebutkan bahwa pernyataan Eliyahu tidak didasarkan pada kenyataan. Pemerintah Israel dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) beroperasi sesuai standar tertinggi hukum internasional untuk menghindari kerugian terhadap orang yang tidak bersalah.
Sementara itu, sebulan serangan Israel telah merenggut nyawa 10.022 orang di Gaza. Mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. Namun, sejauh ini Israel dan Amerika Serikat (AS), sekutunya, menolak gencatan senjata. Padahal, hasil sidang Majelis Umum PBB, mayoritas negara mendesak untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan.
Malah, AS terus mengirimkan bantuan pengamanan ke Israel. Angkatan Laut Negara Paman Sam itu telah mengirimkan kapal selam berpeluru kendali ke Timur Tengah pada Minggu (5/11) malam. Kapal selam tersebut mampu meluncurkan rudal dengan hulu ledak nuklir. ”Pada tanggal 5 November 2023, sebuah kapal selam kelas Ohio tiba di wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS,” bunyi unggahan Komando Pusat AS (CENTCOM) di platform media sosial X.
Wilayah komando pusat itu meliputi Timur Tengah. Unggahan unit Departemen Pertahanan tersebut tampak memperlihatkan gambar kapal selam yang bergerak melalui Terusan Suez. Sejak pecah perang pada 7 Oktober antara Hamas dan Israel, Washington telah memindahkan aset militer yang signifikan ke wilayah tersebut. Termasuk dua kapal induk dan sejumlah besar pesawat tempur. Selain itu, mereka mengumumkan pengerahan sekitar seribu tentara dan keterlibatan pasukan komando operasi khusus. (*)