KORANUSANTARA – Invasi Israel di Jalur Gaza terus mendapat kecaman. Beberapa negara bahkan mengakhiri hubungan diplomatiknya dengan Israel. Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu juga turut kena imbas. Utamanya Joe Biden yang elektabilitasnya menurun saat pilpres tahun depan.
Saat ini dukungan untuk Biden terus merosot. Padahal, dia menjadi satu-satunya kandidat yang akan diusung Partai Demokrat untuk melawan kandidat dari Partai Republik. ’’Secara moral, hampir tidak mungkin bagi saya untuk memilih orang yang mengambil sikap seperti dirinya beberapa pekan terakhir,’’ ujar Eman Hammoud, pengacara muslim berdarah Palestina-Amerika. Pernyataan penduduk Michigan itu merujuk pada sikap Biden dalam perang di Gaza.
Umat Islam di AS memang minoritas. Tapi, dalam pemilu, suara mereka menjadi penentu. Utamanya di negara-negara bagian yang menjadi rebutan. Misalnya, Michigan. Pada Pemilu 2020, sebanyak 146 ribu umat Islam memberikan hak pilih di Michigan. Mayoritas dari mereka adalah pendukung Demokrat. Biden berhasil memenangkan wilayah itu dengan keunggulan tipis dari Donald Trump.
’’Itu adalah bukti bahwa pemerintahan Biden membutuhkan umat Islam untuk menang,’’ ujar Direktur Eksekutif Emgage Action Michigan Nada Al-Hanooti, seperti dikutip CNN. Emgage adalah organisasi yang berupaya membangun kekuatan politik penduduk muslim Amerika.
Hasil survei yang dilakukan Arab American Institute (AAI) pekan lalu menunjukkan, dukungan umat Islam untuk Biden anjlok hingga 29 persen. Angka itu turun 18 persen jika dibandingkan April lalu. Sekitar 1.500 pemilih juga menandatangani pernyataan yang tidak akan mendukung Biden tahun depan, kecuali menghentikan dukungan untuk Israel.
Mereka merasa dikhianati Biden. Pernyataan itu beredar di kalangan Arab, muslim, dan kelompok progresif di AS. Demo pro-Palestina juga terus terjadi dalam skala besar di AS. ’’Kami tidak akan memilihnya,’’ ujar Direktur Eksekutif Islamic Society of Milwaukee Othman Atta, seperti dikutip USA Today.
Perpecahan juga terjadi di tubuh Demokrat. Sebagian tidak sepakat dengan dukungan penuh tanpa syarat pemerintahan Biden untuk Israel. Menurut Max Abrahms, pakar politik di Northeastern University, Boston, perang di Gaza memecah belah Demorkat. ’’Saya memandang Biden sebagai orang yang tidak sepenuhnya sejalan dengan Demokrat jika menyangkut Israel. Kita mungkin tidak pernah melihat presiden lain dari Demokrat yang begitu pro-Israel seperti Biden,’’ ujarnya.
Tekanan serupa dirasakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ribuan penduduk turun ke jalan setiap hari untuk menentangnya. Massa juga menyalahkan pemerintah karena kebobolan sehingga Hamas bisa masuk ke Israel.
Jajak pendapat yang dirilis Channel 13 Television Israel pada Sabtu, 4 November 2023 menunjukkan, 76 persen warga Israel berpendapat bahwa Netanyahu harus mengundurkan diri. Lalu, 64 persen warga menyatakan Israel harus mengadakan pemilu segera setelah perang. Namun, Netanyahu yang sudah 6 kali menjadi PM berkali-kali menegaskan tidak akan mengundurkan diri. Dia berkilah, saat ini fokusnya adalah memusnahkan Hamas terlebih dulu. (*)