JAKARTA – Peluncuran Satelit Republik Indonesia (Satria-1), Senin pagi, 19 Juni 2023, berlangsung lancar. Setelah menempuh perjalanan angkasa selama 27 menit, satelit yang dibuat di Prancis itu berhasil menuju titik orbitnya. Satria-1 dijadwalkan berfungsi secara penuh pada Januari 2024.
Satria-1 diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pada pukul 05.21 WIB. Satelit ini diluncurkan dengan bantuan roket Falcon 9 milik SpaceX. Kementerian Kominfo melalui Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (BAKTI) menggelar nonton bareng di sejumlah daerah. Di Jakarta, nonton bareng dipusatkan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Satria-1 memiliki fungsi utama untuk akses internet di seluruh wilayah Indonesia. Satelit yang memakan biaya Rp 8 triliun itu memiliki kapasitas pemancaran internet hingga 150 Gbps. Kekuatan kapasitas internet tersebut ditujukan mengatasi blank spot internet di sejumlah titik.
’’Satria-1 bisa melahirkan jagoan-jagoan digital dari Aceh sampai Papua,’’ kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Kominfo Hary Budiarto. Dia bersyukur peluncuran Satria-1 berjalan lancar. Kepada para peserta nonton bareng, dia bercerita, Indonesia sebelumnya pernah meluncurkan Satelit Palapa. “Waktu itu saya juga masih SD seperti adik-adik yang hadir di kegiatan ini,’’ tuturnya. Satelit Palapa dan Satria-1 sama-sama untuk menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Prioritas utama penerima layanan internet dari Satria-1 itu adalah sektor pendidikan, layanan kesehatan, kantor pemda atau desa, serta fasilitas milik TNI dan Polri di desa-desa. Proyek Satria-1 menggunakan sistem Kerjasama Pemerintah dengan Badan usaha (KPBU). Kominfo bertindak selaku penanggung jawab melalui Badan Layanan Umum (BLU) Bakti Kominfo. Perusahaan swasta yang menjadi mitra proyek Satria-1 itu adalah PT Satelit Nusantara III (SNT).
Dirut PT SNT Adi Rahman Adiwoso menuturkan, dengan bahan bakar elektronik, butuh waktu 145 hari bagi Satria-1 untuk mencapai orbitnya. Bahan bakar elektronik itu dipilih supaya bebannya menjadi ringan. Sehingga semakin banyak perangkat yang bisa dibawa satelit yang dirakit di Prancis itu.
Dia menuturkan, Satria-1 diperkirakan sampai di orbitnya pada November. Kemudian tim akan melakukan pengetesan dengan fasilitasi stasiun bumi yang sudah disiapkan. Setelah itu tes seluruh sistem dilakukan pada akhir Desember. Dengan harapan pada Januari 2024 Satria-1 sudah bisa digunakan secara maksimal sesuai dengan fungsinya. Layanan internet dari Satria-1 bisa langsung disebar melalui terminal internet menjadi layanan WiFi seperti pada umumnya. ’’Sehingga masyarakat bisa langsung menikmati, tanpa ada BTS,” katanya.
Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Mahfud MD menegaskan, Satelit Satria 1 tidak ada hubungannya dengan kasus dugaan korupsi BTS 4G yang tengah ditangani oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). ”Saya tegaskan, (satelit) ini tidak ada hubungannya dengan kasus BTS 4G,” ungkapnya.. Keterangan itu disampaikan oleh Mahfud lantaran beredar informasi yang menyebut Satelit Satria 1 tidak berguna.
Mahfud tegas menyatakan informasi itu tidak benar. Justru keberadaan Satelit Satria 1 akan sangat berguna bagi masyarakat Indonesia. Khususnya yang tinggal di daerah terpencil. ”Fungsi Satria 1 ini adalah untuk meratakan akses internet terutama untuk keperluan pendidikan, kesehatan, layanan publik,” kata dia. Selain itu, satelit tersebut juga akan sangat berguna dalam menunjang pelaksanaan tugas TNI – Polri.
Pejabat yang sehari-hari bertugas sebagai menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan (menko polhukam) itu menyatakan, proyek Satelit Satria 1 terpisah dengan proyek BTS 4G yang bermasalah. ”Ini merupakan proyek tersendiri untuk memberikan layanan publik di daerah tertinggal, terdepan, dan terpencil,” jelasnya. Karena itu, dia mengajak masyarakat mensyukuri lancarnya proses peluncuran satelit tersebut.(kn)