SAMARINDA – Penggiat ekonomi Aulia Rahman menyarankan Kaltim mengolaborasikan riset dan inovasi dalam dunia industri. Khususnya dalam menyongsong Ibu Kota Nusantara.
Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber dalam seminar nasional bertema “Bertransformasi Bersama: Pengembangan Diri dan Inovasi Industri Menyambut Ibu Kota Negara Baru” garapan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Mulawarman (Unmul), Sabtu (12/11/2023).
Selain Aulia Rahman, ada dua narasumber lain dalam seminar yang berlangsung di Gedung Hexagon, Fakultas Teknik Unmul Samarinda tersebut. Mereka adalah Direktur Pelayanan Dasar Otorita IKN (OIKN) Suwito, dan Wakil Dekan I Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik Unmul Profesor Tamrin Rahman.
“Setiap orang ada masanya. Setiap masa ada orangnya,” ujar penggiat ekonomi dr Aulia Rahman Basri membuka diskusi.
Menurutnya dalam konteks Kaltim saat ini, kehadiran IKN menjadi waktu yang tepat bagi warga sivitas akademika dan pengusaha asal Bumi Etam untuk unjuk gigi. Momentum ini harus diambil sesuai dengan keinginan dan cita-cita masing-masing.
“Belilah masa depannmu dengan harga hari ini. Kita harus menyiapkan diri menyambut IKN. Modalnya hanya dua. Etos kerja dan informasi,” tutur Aulia Rahman.
Pria berkaca mata ini menyatakan, dari sudut pandang pengusaha, diakui bila memang saat ini belum banyak pengusaha lokal yang terlibat dalam pembangunan IKN. Tetapi baru sebatas penyuplai bahan baku pembangunan ibu kota baru.
Namun begitu dirinya menilai justru para pengusaha lokal harus melihat peluang kecil itu sebagai prospek bisnis besar di masa mendatang. Apalagi diproyeksikan di masa depan bakal ada jutaan warga yang mendiami IKN.
“Sebagai contoh, peluang bisnis logistik dari isu energi ramah lingkungan dan digitalisasi yang diusung IKN sangat mungkin dikembangkan,” sebutnya.
Aulia sendiri sudah mengembangkan upaya kolaborasi dunia pendidikan dan usaha di salah satu lini bisnisnya. Salah satu perusahaan yang dikelolanya menggandeng peneliti salah satu universitas ternama di Indonesia untuk produk bahan bakar dari sisa tandan buah sawit yang selama ini banyak terbuang di Kukar.
Hasil riset berupa produk bahan baku ramah lingkungan itu diolah menjadi bahan baku pembangkit daya di salah satu perusahaan semen ternama di Indonesia. Nilai kalori dari produk bahan bakar ramah lingkungan itu setara dengan batu bara kalori 3 ribu.
Aulia mengungkap perusahaannya bisa mengirim enam ribu ton bahan bakar dengan omzet miliaran rupiah setiap bulannya.
“Tidak menutup kemungkinan, Teknik Industri Universitas Mulawarman membuat riset bahan bakar ramah lingkungan untuk disuplai menjadi bahan bakar di IKN,” papar Aulia Rahman.
“Kita tanamkan mindset, kita yang menciptakan lapangan kerja di IKN,” lanjutnya.
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik Unmul Profesor Tamrin Rahman mengamini pernyataan Aulia Rahman. Menurutnya kehadiran IKN menjadi peluang untuk percepatan pembangunan di Kaltim.
Apalagi mengingat banyak daerah di Kaltim belum terbangun infrastruktur dan industrinya dengan baik. Karenanya Momentum ini harus dimanfaatkan dunia pendidikan dan pengusaha untuk terlibat dalam pembangunan di masa mendatang.
“Jangan sampai IKN hanya dibangun di Kaltim. Harusnya IKN ikut membangun Kaltim. Sehingga seluruh Kaltim bisa maju,” tegas Tamrin.
Dia sepakat adalah kebutuhan mendesak dalam menyambungkan dunia pendidikan melalui riset dan dunia industri. Sayangnya, diakui banyak riset di kampus yang berhenti di jenjang skripsi dan jurnal.
Padahal banyak riset baik oleh mahasiswa maupun dosen Fakultas Teknik Unmul yang prospektif dikembangkan. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan di IKN.
“Banyak penelitian kami yang belum bisa sampai jadi produk komersial. Baru sampai tahap kelima, Sementara tahap 6 sampai 8 untuk menjadi produk belum,” terang Tamrin.
“Kami komitmen tahapan 6,7 dan 8 kita bareng-bareng. Kalau jadi hak paten, uang akan datang dengan sendirinya,” jawab Aulia disambut tepuk tangan para hadirin.
Di satu sisi, alumnus Fakultas Teknik Industri Unmul Singgih Raharjo berharap perpindahan IKN juga dibarengi dengan pemindahan pusat pemerintahan dan bisnisnya. Dia meyakini, perbaikan infrastruktur dan hilirisasi yang didukung kebijakan akan merangsang para lulusan Unmul menjadi teknokratik atau menaikkan kelas pengusaha lokal menjadi level nasional.
“Saya yakin produk mahasiswa Unmul, dosen dan alumninya tidak kalah. Buktinya banyak yang bekerja di BUMN, swasta dan perbankan dan lainnya. Artinya kita mampu. Kita hanya butuh kepercayaan untuk menyongsong Indonesia emas 2045,” tegas Singgih.
Sementara itu Direktur Pelayanan Dasar OIKN Suwito menjelaskan, Unmul menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang membuat nota kesepahaman dengan OIKN. Kemitraan ini sudah dituangkan dalam kerja sama perancangan desain pendidikan di IKN dan pelayanan kesehatan terdigitalisasi.
“Memang tidak cukup di bidang pendidikan dan kesehatan saja. Ke depan akan berkembang di direktorat pelayanan dan jasa,” kata Suwito.
Pada fase awal, lanjutnya, peluang berusaha di IKN cukup tinggi. Sebagai contoh ada sembilan ribu pekerja konstruksi. Belum ditambah pelayanan konsumsi dan jasa lainnya. Memang untuk saat ini banyak orang menilai pembangunan belum terasa karena masih di fase konstruksi awal.
Namun Suwito meyakini seiring kemajuan pembangunan IKN, peluang usaha terlebih yang bisa diakses pengusaha lokal akan terbuka lebar. Beberapa regulasi seperti insentif pajak bagi pengusaha yang membuka kantor di IKN akan memudahkan pengusaha terkhusus lokal menggeliat di IKN. Sehingga Peluang pekerjaan akan terbuka lebar.
“Pengusaha lokal lebih mengetahui kondisi di IKN. Sehingga pengusaha lokal jauh lebih mudah memberikan akses dan layanan di IKN,” pungkas Suwito. (kn)