TENGGARONG – Kelapa sawit terus mengakar kuat sebagai komoditas unggulan di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim). Lebih dari sekadar mesin ekonomi daerah, sawit kini menjadi sumber penghidupan ribuan petani rakyat dan titik temu antara investasi swasta dan kesejahteraan masyarakat.
Dinas Perkebunan (Disbun) Kukar mencatat bahwa pengembangan sawit di Kukar berjalan melalui dua jalur utama. Yakni perkebunan rakyat dan Perusahaan Besar Swasta (PBS), keduanya berkembang beriringan dan saling menopang.
“Peran petani dan perusahaan sama-sama penting. Kita membangun ekosistem sawit yang seimbang berbasis masyarakat namun tetap terbuka pada investasi,” ujar Sekretaris Disbun Kukar, Muhammad Taufik Rahmani, Jumat (30/5/2025).
Menurutnya, antusiasme masyarakat terhadap budidaya sawit cukup tinggi. Banyak petani memulai secara swadaya, mengelola lahan milik sendiri, dan hanya sebagian yang mengandalkan bantuan dari pemerintah. “Petani kita mulai mandiri. Ini hal positif yang perlu terus didukung,” tambahnya.
Kemudahan dalam perawatan dan umur produktif yang relatif cepat menjadikan sawit menarik bagi pekebun. Taufik menyebut, dengan usia tanaman sekitar tiga hingga empat tahun, petani sudah bisa memanen hasil. Kombinasi ini membuat sawit semakin diminati di tingkat akar rumput.
Di Kecamatan Kembang Janggut, tercatat lebih dari 7 ribu hektare kebun sawit dikelola masyarakat, sementara di Muara Badak mencapai 5 ribu hektare lebih. Totalnya melibatkan ribuan kepala keluarga yang menggantungkan penghasilan pada tanaman tersebut.
Namun bukan hanya petani kecil yang aktif. Perusahaan besar juga mengelola lebih dari 226 ribu hektare lahan sawit di Kukar. Keberadaan mereka turut membuka lapangan kerja dan memperkuat infrastruktur ekonomi lokal.
Untuk memastikan pemerataan manfaat, Disbun Kukar menyalurkan berbagai bantuan: bibit unggul, pelatihan teknis, hingga pembentukan kelompok tani yang lebih tertata. Program ini diarahkan agar petani memiliki daya saing yang lebih baik, sekaligus memahami prinsip-prinsip agribisnis modern.
“Petani kita harus kuat, tidak hanya di hulu tapi juga dalam pengelolaan hasil. Kita bantu mereka agar bisa naik kelas,” ujar Taufik.
Kukar juga tak abai pada isu lingkungan. Pemerintah daerah menekankan pentingnya pengelolaan sawit yang berkelanjutan. Hal ini mencakup pemetaan lahan, pelestarian kawasan lindung, dan mendorong perusahaan serta petani menerapkan praktik ramah lingkungan.
“Pertumbuhan ekonomi tidak boleh merusak alam. Kita ingin keberlanjutan, agar manfaat sawit bisa dirasakan lintas generasi,” tegasnya. (Adv)
Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i