TENGGARONG – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmatan) Kutai Kartanegara (Kukar) terus memperkuat pembinaan terhadap Relawan Pemadam Kebakaran (Redkar). Untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya sekadar terbentuk, tetapi juga memiliki kapasitas dan kesiapan dalam menghadapi berbagai situasi darurat.
Kepala Disdamkarmatan Kukar, Fida Hurasani, menegaskan bahwa membentuk relawan bukan sekadar menambah jumlah personel. Tetapi juga tentang membangun mental, keterampilan, dan dedikasi mereka terhadap tugas kemanusiaan.
“Saya tidak mau hanya sekadar membentuk tanpa membina. Kalau kita berani membentuk, kita juga harus berani membina. Relawan yang dibentuk harus memiliki kemampuan dan dampak nyata bagi lingkungan mereka,” ujarnya.
Saat ini, Redkar Kukar telah berkembang dengan sekitar 700 anggota yang tersebar di berbagai kecamatan. Namun, Fida mengakui bahwa masih ada tantangan dalam perekrutan dan pembinaan, terutama terkait dengan minimnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya peran relawan.
Lebih dari sekadar pemadam kebakaran, peran Redkar terus diperluas untuk mendukung berbagai aspek sosial dan kemanusiaan di masyarakat. Para relawan tidak hanya bertugas saat terjadi kebakaran, tetapi juga ikut serta dalam kegiatan sosial, gotong royong, hingga penanganan bencana lain di desa dan kelurahan mereka.
“Relawan bukan hanya untuk pemadaman kebakaran. Mereka bisa dikerahkan dalam berbagai kejadian darurat, baik di tingkat desa maupun kelurahan. Dengan keberadaan mereka, masyarakat bisa mendapatkan bantuan lebih cepat dalam berbagai situasi,” jelas Fida.
Keberadaan Redkar di tingkat desa dan kelurahan menjadi strategi penting dalam menekan jumlah kebakaran dan mempercepat respons darurat. Fida berharap, semakin banyak desa yang membentuk dan mengaktifkan Redkar, maka semakin kecil kemungkinan terjadi kebakaran besar di wilayah tersebut.
Meski terus berkembang, Disdamkarmat Kukar masih menghadapi tantangan dalam merekrut dan membina relawan. Salah satu kendala terbesar adalah minimnya kesadaran masyarakat serta adanya sikap apatis terhadap tugas relawan.
“Menjadi relawan itu tidak mudah, karena mereka harus rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk tugas kemanusiaan. Ada yang antusias, tapi ada juga yang apatis. Ini tantangan besar bagi kami,” kata Fida.
Namun, pihaknya tetap optimistis bahwa melalui pendekatan yang lebih intensif, kesadaran masyarakat akan pentingnya Redkar akan terus meningkat. Disdamkarmatan Kukar akan terus menggencarkan sosialisasi, pelatihan, serta membangun jaringan yang lebih kuat untuk mendukung peran relawan di setiap kecamatan.
“Ke depannya, kami ingin Redkar bukan hanya ada dalam jumlah, tetapi juga memiliki keterampilan yang teruji. Dengan pembinaan yang berkelanjutan, mereka bisa menjadi garda terdepan dalam membantu masyarakat saat terjadi bencana,” pungkasnya. (Adv)
Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i