TENGGARONG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Kartanegara (Kukar) tercatat telah memberikan pelayanan terhadap 867 Orang Dengan Ganguan Jiwa (ODGJ), yang tersebar di 20 Kecamatan. Angka ini sekaligus memastikan program penanganan ODGJ di Kukar memenuhi target yang ditentukan.
Meski penanganan terhadap ODGJ menunjukkan angka yang sangat baik, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kukar, Supriyadi, menuturkan bahwa pencapaian ini seolah menjadi anomali.
Karena realitanya pasien ODGJ semakin bertambah, tercatat pasa 2021 penanganan ODGJ tercatat dilakukan hanya pada 693 orang. Angka ODGJ meningkat setahun kemudian menjadi 836 pasien dan naik lagi menjadi 855 orang pada 2023. Terakhir, mencapai angka 876 pada tahun lalu.
“Datanya sendiri di tahun 2024 target kita itu melakukan penanganan terhadap 867 penderita ODGJ. Target itu sesuai dengan rumus persentase jumlah populasi penduduk di Kukar dan itu semua tersebar di 20 Kecamatan dan 32 Puskesmas,” papar, Supriyadi, Minggu (9/2/2025).
Ia juga menerangkan bahwa tingginya angka penanganan pasien ODGJ di Kukar, tidak terlepas dari Inovasi Gerakan Peduli Kesehatan Jiwa Masyarakat (Gardu Kawat), yang dijalankan sejak tahun 2024 lalu. Program ini mengedepankan kolaborasi dan sinergi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lintas sektoral dalam melakukan penanganan terhadap ODGJ.
“Kita (Dinkes) berkolaborasi bersama Dinsos, Satpol PP, Disdukcapil dan juga kecamatan untuk melakukan penanganan terhadap ODGJ. Bahkan dalam prosesnya di lapangan, kami juga melibatkan Babinsa, Babinkantibmas, kepala desa dan juga RT setempat,” tambahnya.
Paling baru, Supriyadi menuturkan bahwa pihaknya menemukan setidaknya empat pasien ODGJ yang baru teridentifikasi. Karena selama ini cenderung disembunyikan oleh keluarga. Ia juga mengatakan pihaknya tidak jarang harus memberikan pemahaman berkali-kali kepada keluarga, agar pasien bisa dievakuasi.
“Karena kenyataannya memang stigma ODGJ ini masih buruk jadi keluarga itu cenderung menyembunyikan dan keluarganya justru tidak mau ketika saudaranya ini kita evakuasi dan kita lakukan rehabilitasi medis,” serunya.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan bahwa saat ini masih terdapat banyak pasien ODGJ yang belum teridentifikasi. Oleh sebab itu, pihaknya saat ini terus mendorong masyarakat agar mau bersikap koperatif dan segera melapor jika ada anggota keluarganya yang menderita ODGJ.
“Kami sudah sampaikan di Puskesmas ada program pengelola kesehatan jiwa masyarakat bisa disampaikan disitu. Nanti kalau memang ada pasien yang memerlukan rehabilitasi medis kita akan lakukan di Rumah Sakit Atma Husada Samarinda,” tutupnya. (Adv)
Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i