Jumat, Juni 6, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kemenkes Optimistis Angka Stunting Nasional Turun Jadi 5 Persen pada 2045

JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan pihaknya optimis Indonesia mampu menekan prevalensi stunting ke angka lima persen pada 2045, mengingat pencapaian penurunan stunting pada 2024 yakni 19,8 persen, yang melampaui target 2024 sebesar 20,1 persen.

“Kita harapkan tren ini terus membaik pada tahun-tahun yang akan datang. Nah, kalau kita terjemahkan angka persentase ini ke dalam jumlah absolut balita, tahun 2024, kita berhasil menurunkan jumlah stunting dari angka sebelumnya 4,8 juta menjadi 4,4 juta. Ini menunjukkan kita berhasil menurunkan (stunting) 357,705 balita,” kata Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Asnawi Abdullah, di Jakarta, Kamis (5/6/2025).

“Insya Allah kita on the track bisa mencapai target di lima persen. Ini berarti mengamanahkan kepada kita, kita harus mampu menurunkan stunting baru setiap tahun sebesar 25 persen. Atau kita minimal harus mampu menurunkan angka stunting baru setiap tahun sebesar 325 ribu,” katanya dalam temu media secara daring.

Data tersebut dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024. Dia menyebutkan pencapaian penurunan angka stunting terlihat juga pada prevalensi wasting dan kelebihan berat badan (overweight).

Namun, katanya, prevalensi kurang berat badan (underweight) sedikit naik dibandingkan tahun yang lalu, dimana pada 2024 terdapat 16,8 persen, sedangkan pada 2023 ada 15,9 persen.

Dalam kesempatan itu ia menjelaskan meski prevalensi stunting nasional adalah 19,8 persen, namun ada provinsi-provinsi yang prevalensinya lebih rendah, seperti Bali dengan 8,7 persen, diikuti Jawa Timur dan Kepulauan Riau (Kepri).

“Ada 12 provinsi. Kita mengapresiasi Provinsi Bali, Jawa Timur, Kepulauan Riau,Sumatera Selatan, Lampung Jawa Barat, Jambi, Jawa Tengah, DKI, Yogjakarta, Kalimantan Utara, Bengkulu, ini angka prevalensi stunting sudah di bawah angka nasional,” katanya.

Meski demikian, katanya, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mencatatkan prevalensi di atas angka nasional, yakni 37 persen.
Asnawi menyebutkan sebanyak enam provinsi mengkontribusikan sebesar 50 persen dari angka stunting nasional.

Keenam provinsi itu, katanya, antara lain Jawa Barat. Meski Jawa Barat menurunkan prevalensinya hingga sebesar 5,8 persen dibandingkan 2023, kata dia, namun masih ada sekitar 638 ribu kasus stunting di provinsi itu.

Kemudian ada Jawa Tengah dengan 485 ribu anak stunting, Jawa Timur dengan sebanyak 430 balita stunting, Sumatera Utara dengan 316 ribu balita stunting, dan NTT.

Dalam kesempatan itu dia juga menyebutkan sejumlah determinan yang memengaruhi angka stunting, seperti gizi kurang dan diare.

“Apabila kita berhasil menurunkan prevalensi gizi kurang sebesar satu persen, ini bisa berkontribusi pada kemampuan kita untuk menurunkan prevalensi stunting sebesar 1,92 persen,” katanya.

Kemudian apabila kita berhasil menurunkan prevalensi diare sebesar satu persen, maka dapat menurunkan prevalensi stunting hingga 6,7 persen.

“Kita akan terus mengkaji, mencari, menemukan determinan-determinan, faktor-faktor yang dominan, yang memberikan kontribusi besar dalam penurunan stunting. Sehingga intervensi yang kita lakukan ke depan menjadi lebih baik,” katanya. (ANT/KN)

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular