TENGGARONG – Pasangan pemimpin muda Kutai Kartanegara (Kukar), Aulia Rahman Basri dan wakilnya, Rendi Solihin, membuka lembar sejarah kepemimpinan mereka sebagai Bupati dan Wakil Bupati dengan cara yang tidak lazim.
Tidak seperti kepala daerah lain yang biasanya mengawali langkah kepemimpinan dengan melakukan sidak untuk melihat kinerja pelayanan publik di sejumlah dinas. Aulia-Rendi justru memilih pendekatan yang abnormal.
Dengan menggelar diskusi terbuka dengan insan pers di awal-awal kepemimpinan mereka. Digelar di Bukit Mahoni, Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong Seberang yang jauh dari hiruk-pikuk pemerintahan dan tanpa embel-embel kedinasan.
Suasana diskusi berjalan dengan begitu intim, seperti tanpa sekat dan batasan. Tanpa embel-embel jabatan, tanpa membeda-bedakan. Karena memang begitulah suasana diskusi yang diinginkan Aulia-Rendi.
Mereka mengaku sengaja menggelar agenda ini tanpa diketahui orang pemerintahan. Hal tersebut dilakukan lantaran kadang-kadang campur tangan birokrasi membuat agenda justru jadi lebih formal dan tegang.
Di bawah naungan rindang pepohonan yang diselimuti pekatnya malam, suasana diskusi berjalan dengan begitu cair. Cahaya lampu kuning yang bergelantungan menambah diskusi ini terasa semakin mesra dan disempurnakan dengan aneka sajian yang dijajakan UMKM lokal.
Aulia Rahman Basri membuka diskusi dengan memaparkan niatnya di balik agenda ini. Ia mengaku memang telah merencanakan untuk memulai agenda publik dengan melakukan pertemuan dengan awak media. Hal itu dilakukan untuk melihat kondisi objektif, bagaikan realitas yang terjadi di Kukar.
“Karena biar bagaimanapun saya bersama bro wabup ini bagian dari pemerintahan sebelumnya. Artinya kita pasti melihat pemerintahan ini baik-baik saja,” serunya.
Sehingga inisiasi agenda ini lahir dengan tujuan agar bisa berdiskusi lebih dekat dan terbuka dengan awak media. Ia mengibaratkan pertemuan ini sebagai cermin yang dilakukan Aulia-Rendi untuk bercermin dan melihat kondisi diri. Oleh sebab itu, Aulia berharap diskusi tersebut dapat berjalan dengan terbuka dan jujur.
“Karena kadang-kadang kalau kita tidak melihat ke cermin, orang-orang akan bilang kalau kita ini tampan. Apalagi para penjilat-penjilat di luar sana itu pasti bilang luar biasa bosku, ganteng banget. Padahal rambut kita sudah acak-acakan dan jelek lah pokoknya,” sebut Aulia sambil berkelakar dan disambut sedikit tawa.
Aulia-Rendi menegaskan komitmennya untuk terus berbenah dan terus menyempurnakan program-program yang digagas agar lebih tepat sasaran dan menyentuh persoalan masyarakat. Berbagai topik terlontar dalam diskusi ini, mulai dari pembangunan infrastruktur hingga lingkungan.
Keduanya juga selalu menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dengan penuh perhatian. Meski memiliki pembawaan dan gaya penyampaian yang berbeda dalam menjawab setiap persoalan. Namun dalam diskusi ini tergambar jelas bahwa keduanya menggenggam visi yang sama untuk masa depan Kukar.
“Karena kami menilai yang bisa melihat dengan jernih hari ini adalah jurnalis. Karena mereka bisa melihat dengan objektif permasalahan yang ada di masyarakat, bisa melihat dengan baik masalah-masalah yang terjadi di masyarakat,” tutupnya. (Adv)
Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i