Minggu, Juni 15, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Desa Lebak Cilong Menuju Nol Sampah, TPS 3R Jadi Senjata Andalan Warga Muara Wis

TENGGARONG – Di tengah tantangan pengelolaan sampah rumah tangga yang masih membelit banyak wilayah di Kutai Kartanegara (Kukar), sebuah harapan tumbuh dari Desa Lebak Cilong, Kecamatan Muara Wis. Berbekal bantuan fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) dari Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Kukar, desa ini mulai menata diri menuju sistem pengelolaan sampah yang mandiri dan berkelanjutan.

Langkah ini bukan sekadar proyek teknis, melainkan bagian dari upaya membangun budaya baru. Yakni masyarakat memilah, mengelola, dan memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bernilai.

“TPS 3R ini menjadi bukti nyata bahwa desa bisa mandiri dalam mengelola sampah. Ini bukan hanya soal alat atau bangunan, tapi soal perubahan pola pikir dan perilaku,” tegas Camat Muara Wis, Fadhli Annur, Rabu (11/6/2025).

Berbeda dengan tempat pembuangan biasa, TPS 3R memiliki fungsi ganda yakni menyortir sampah rumah tangga dan mengolahnya agar tidak semua berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah organik bisa dijadikan kompos, sementara sampah anorganik yang masih layak akan dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan atau didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomi.

Menariknya, TPS 3R ini dikelola langsung oleh masyarakat, dengan dukungan penuh dari pemerintah desa. Bahkan desa tetangga seperti Lebak Mantan juga dapat memanfaatkan fasilitas ini. “Ke depan, kami ingin aktivitas di TPS 3R juga mendukung ekonomi kreatif desa. Sampah bukan lagi beban, tapi bisa jadi peluang,” kata Fadhli optimistis.

Agar pengelolaan berjalan optimal, Pemerintah Kabupaten Kukar melalui DLHK juga telah mengucurkan berbagai dukungan logistik. Dua unit dump truck dan dua mobil pengangkut sampah telah disalurkan dalam dua tahun terakhir, ditambah satu unit kendaraan operasional yang kini melayani Desa Lebak Mantan.

Sistem pengangkutan pun dirancang menyentuh langsung rumah warga. Petugas menggunakan kendaraan L300 untuk menjemput sampah, sementara tempat pembuangan sementara telah disiapkan di masing-masing RT agar lebih mudah dikontrol dan dikelola.

Kini, fokus utama ada pada partisipasi warga. Tanpa pemilahan dari rumah, TPS 3R akan kewalahan. Oleh karena itu, Fadhli terus mengimbau masyarakat agar membedakan sampah organik dan anorganik sejak dari dapur sendiri.

“Kami ingin kesadaran ini tumbuh dari dalam, bukan karena diawasi. Ketika warga mulai sadar bahwa sampah bisa berdampak buruk kalau tidak dikelola, maka perubahan akan datang dengan sendirinya,” tutupnya. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular