SAMARINDA – Angka partisipasi pemilih dalam Pilkada 2024 di Kalimantan Timur menjadi sorotan, setelah data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan hanya 57,15 persen pemilih yang menggunakan hak suaranya. Sebaliknya, 42,85 persen atau sekitar satu juta orang memilih golput. Kondisi ini memunculkan keprihatinan mendalam dari Anggota DPRD Provinsi Kaltim, Andi Satya Adi Saputra.
Dalam keterangannya pada Jumat (29/11), Andi menyebut tingginya angka golput ini tidak lepas dari berbagai persoalan mendasar yang masih menghambat partisipasi politik masyarakat. “Ini bukan hanya soal angka, tapi juga cerminan dari masalah struktural dalam demokrasi kita. Tingginya angka golput adalah hal yang sangat memprihatinkan,” tegas Andi.
Faktor Golput: Jenuh Politik dan Minim Kepercayaan
Andi menjelaskan bahwa jadwal pemilu dan pilkada yang terlalu rapat menjadi salah satu penyebab rendahnya minat masyarakat untuk berpartisipasi. “Pemilu dan pilkada yang berdekatan dapat memicu kelelahan emosional dan psikologis. Masyarakat merasa jenuh secara politik, sehingga memilih untuk tidak berpartisipasi,” jelasnya.
Selain itu, ia menilai rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kandidat juga menjadi persoalan serius. Banyak warga yang merasa para kandidat tidak mampu merepresentasikan harapan mereka. “Kita butuh kandidat yang kompeten, jujur, dan benar-benar memahami kebutuhan masyarakat. Jika ini tidak terpenuhi, wajar jika kepercayaan masyarakat menurun,” tambahnya.
Rendahnya Pemahaman Politik Jadi Tantangan
Andi juga menyoroti rendahnya tingkat pendidikan politik di kalangan masyarakat. Ia mengatakan bahwa banyak warga yang belum memahami bagaimana keputusan politik dapat berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari, seperti harga kebutuhan pokok, layanan kesehatan, dan infrastruktur publik.
“Kesadaran politik yang rendah membuat banyak masyarakat merasa suara mereka tidak penting, padahal ini sangat menentukan masa depan kita bersama,” katanya.
Solusi: Edukasi Politik dan Reformasi Kandidat
Untuk menekan angka golput dan meningkatkan kualitas demokrasi di Kalimantan Timur, Andi mengusulkan beberapa langkah strategis. Pertama, ia mendorong dilakukannya edukasi politik yang masif, terutama untuk generasi muda. Menurutnya, generasi muda harus diberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya partisipasi politik.
“Anak muda adalah masa depan demokrasi. Mereka perlu memahami bahwa suara mereka bisa mengubah kebijakan yang berdampak pada masyarakat luas,” ungkapnya.
Kedua, Andi meminta partai politik untuk lebih selektif dalam memilih kandidat. Ia menekankan pentingnya menghadirkan figur-figur yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki integritas tinggi. “Jika kandidat yang diusung lebih kredibel dan bisa dipercaya, maka kepercayaan masyarakat akan meningkat,” jelasnya.
Harapan untuk Pemilu Mendatang
Andi berharap langkah-langkah ini dapat diterapkan secara konsisten untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu dan pilkada mendatang. “Angka golput yang tinggi adalah tantangan bagi kita semua. Dengan kerja sama berbagai pihak, saya yakin kualitas demokrasi di Kalimantan Timur akan semakin baik,” pungkasnya. (ADV)
Penulis: Hanafi