Rabu, Maret 12, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pemerintah Kecamatan Kota Bangun Darat Terus Upayakan Pelestarian Bahasa Ritual Belian Namang di Kedang Ipil

TENGGARONG – Ditengah arus modernisasi yang terus berkembang, Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun Darat, berjuang untuk mempertahankan salah satu warisan budaya paling berharga mereka. Yaitu bahasa ritual yang diramalkan dalam upacara adat Belian Namang. Bahasa yang dianggap oleh sejumlah akademisi sebagai bahasa dewa ini, kini jumlah penuturnya semakin menurun drastis.

Upacara Belian Namang bukan sekadar ritual adat, tetapi juga sebuah identitas yang melekat pada masyarakat Kedang Ipil. Dalam prosesi sakral ini, bahasa khusus digunakan untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan memohon keselamatan. Sayangnya, bahasa ini kini hanya dipahami oleh segelintir tetua adat yang tersisa.

Menyadari ancaman kepunahan, pemerintah Kecamatan Kota Bangun Darat bersama kepala desa dan masyarakat setempat bersepakat untuk mengambil langkah konkret, dalam pelestarian bahasa adat ini. Salah satunya adalah melalui Festival Adat Budaya Belian Namang yang digelar setiap tahun.

Camat Kota Bangun Darat, Julkifli, menekankan bahwa festival ini bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga upaya regenerasi agar anak-anak muda bisa belajar dan memahami bahasa serta makna ritual Belian Namang.

“Saat ini, penutur asli bahasa Belian Namang semakin sedikit. Sebagian besar hanya dipahami oleh orang tua yang sudah lanjut usia. Oleh karena itu, regenerasi sangat penting agar bahasa ini tidak punah,” ujar Julkifli.

Melalui festival ini, generasi muda diberi kesempatan untuk belajar langsung dari tetua adat. Mereka tidak hanya diajarkan kosakata dan makna bahasa ritual, tetapi juga filosofi mendalam di balik setiap kata yang diucapkan dalam upacara Belian Namang.

Selain festival budaya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) juga berperan aktif dalam pembinaan bahasa adat ini. Upaya dokumentasi bahasa Belian Namang sedang dilakukan dalam bentuk buku, rekaman audio, dan video, agar bisa menjadi referensi bagi generasi mendatang.

Tidak hanya itu, pemanfaatan teknologi juga mulai dijajaki. Pemerintah desa bersama komunitas budaya setempat tengah mengembangkan program digitalisasi bahasa ritual ini, termasuk pembuatan kamus daring dan materi pembelajaran berbasis multimedia.

Di era digital yang serba cepat, menjaga kelestarian bahasa ritual seperti Belian Namang menjadi tantangan tersendiri. Namun, masyarakat Kedang Ipil percaya bahwa warisan leluhur mereka tidak boleh hilang begitu saja.

“Kami berharap ke depan, adat Belian Namang tetap lestari dan bisa menjadi daya tarik wisata. Dengan begitu, tidak hanya budaya yang terjaga, tetapi juga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Kedang Ipil,” tuturnya. (Adv)

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular