KORANUSANTARA – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meyakini, musim pemilu berpotensi meningkatkan pendapatan industri tekstil. Namun, pengusaha memprediksi euforia tersebut tidak akan dapat maksimal dirasakan mengingat kondisi industri dalam negeri yang cukup tertekan karena produk impor.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Danang Girindrawardana mengatakan, tahun politik kali ini berpotensi mendatangkan benefit bagi pelaku industri tekstil. ”Meskipun nanti yang akan terdongkrak penjualannya ada kategori yang segmented. Misalnya, kaos,” ujarnya.
Permintaan domestik yang berpotensi terkatrol, menjadi harapan pelaku usaha untuk bisa mendorong kinerja tekstil. Sebab, dua tahun terakhir pada momen peningkatan terbesar yakni Lebaran, dinilai belum cukup untuk memulihkan penjualan.
Namun, Danang menyebut bahwa kondisi ekspor yang melemah saat ini juga menjadi situasi yang harus dihadapi pelaku usaha. Menurut dia, demand luar negeri belum ada perbaikan yang cukup signifikan mengingat negara-negara pembeli utama tekstil garmen fashion Indonesia sedang mengalami masalah ekonomi. ”Seperti Eropa, Amerika, beberapa negara di Asia, mereka juga sedang tidak memiliki pertumbuhan yang bagus,” ucapnya.
Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmadja menuturkan, sebanyak 70 persen hasil produksi tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri dipasarkan di domestik. Sehingga, banjir impor itu akan membuat sektor TPR terpuruk.
“Saat ini industri TPT tidak dapat berharap banyak pada permintaan luar negeri, akibat perekonomian negara tujuan sektor tekstil seperti Amerika Serikat dan Eropa masih terpuruk imbas perang Rusia-Ukraina,” bebernya.(*)