KORANUSANTARA – Aturan Inflation Reduction Act (IRA) yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat memengaruhi rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik (EV) dunia. Hal itu sempat membuat megaproyek grand package senilai USD 9,8 miliar atau Rp 142 triliun terancam. Namun, pemerintah dan pihak terkait memastikan pembangunan ekosistem baterai EV lanjut.
Hal itu setelah Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan pertemuan dengan Chief Executive Officer (CEO) LG Energy Solution Kwon Young-soo. Pertemuan yang dilaksanakan Kamis (3/8) di kantor Kementerian Investasi/BKPM itu juga dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto, Direktur Utama PT Antam Nicolas D Kanter, dan Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho.
Bahlil mengapresiasi para pihak yang sepakat dan berkomitmen untuk melanjutkan proyek grand package kerja sama itu. ’’Keputusan melanjutkan proyek tersebut menunjukkan konsensus dan keinginan untuk mencapai tujuan bersama antara pemerintah Indonesia dan konsorsium LG dalam rangka hilirisasi sumber daya alam, peningkatan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia, dan penciptaan lapangan kerja,’’ tuturnya di Jakarta, Jumat, 4 Agustus 2023.
Bahlil menambahkan, Kementerian Investasi berkomitmen mengawal proses perizinan dan kemudahan investasi LG di Indonesia agar cepat terealisasi dan memberikan manfaat. Khususnya bagi kedua negara, Indonesia dan Korsel. ’’Proyek ini merupakan proyek yang digagas hasil pertemuan kedua kepala negara Indonesia dan Korsel sejak 2019,” ucapnya.
CEO LG Energy Solution Kwon Young-soo menyampaikan, pihaknya siap melanjutkan diskusi pendirian perusahaan yang diharapkan mendapatkan persetujuan dari dewan direksi setiap anggota konsorsium sehingga dimungkinkan konstruksi pada 2023 ini.
’’Tanpa dukungan pemerintah sangat mustahil bisa mencapai kesepakatan untuk memulai realisasi. Saat ini LG telah menyelesaikan hal yang tersulit dalam negosiasi antarkonsorsium, yakni penentuan pemegang saham di perusahaan patungan di setiap rantai pasok. Setelah tercapainya kesepakatan di struktur saham, konsorsium LG yakin negosiasi akan jauh lebih mudah dan menargetkan untuk memulai konstruksi pabrik katode di 2023,” jelasnya.
Direktur Utama PT Antam Nicolas D. Kanter menambahkan, salah satu kunci utama dalam mewujudkan kesuksesan megaproyek itu adalah kolaborasi dan komunikasi yang baik dari semua pihak.
’’Antam dan seluruh konsorsium BUMN yang terlibat dalam proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (grand package) LG memiliki komitmen yang sama untuk melakukan percepatan dan siap bernegosiasi untuk memberikan keuntungan bagi kedua pihak,” bebernya.
Proyek grand package itu antara konsorsium LG dan BUMN IBC, yang terdiri atas LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam, dan IBC. (*)